Minggu, 31 Agustus 2014

CONTOH CARA MENGHITUNG DENYUT NADI

Denyut Nadi
a.       Menghitung denyut nadi maksimal
MHR   = 220 – Umur
= 220 – 19
= 201 denyut per nadi

b.      Jika intensitas latihan yang saya dapatkan adalah 60% maka denyut jantung latihan saya adalah “intensitas latihan x hasil MHR”       
= 60% x 201
= 60/100 x 201 = 120,6 denyut per menit

c.       Heart Rate Reserve     = Max Heart Rate – RHR
                                    = 220 - 19 - 74           
                                    = 127 denyut per menit

d.      Heart Rate Threshold  = HRR + % (MHR - HRR)
= 74 + 60% (201 - 74)
= 74 + 76,2
= 150,2 denyut per menit



ARTIKEL TENTANG KECEMASAN PADA ATLIT AMATIR


“Kecemasan Dalam Olahraga Prestasi Atlit Amatir Di Daerah-Daerah”
Abstrak: olahraga merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan manusia. Selain bisa untuk prestasi, olahraga juga bermaat untuk kesehatan. Dalam dunia olahraga prestasi ada banyak sekali factor yang mendukungnya, yaitu antara lain fisik, tehnik, taktik, dan mental. Fisik berhubungan dengan keadaan fisiologis seorang atlit. Tehnik, kemampuan seorang atlit dalam melakukan olahraga. Taktik, kemampuan atlit dalam membaca suasana pertandingan. Dan yang terakhir mental, yaitu kemampuan kondisi psikogi atlit dalam menghadapi pertandingan. Ada banyak yang mempengaruhi mental, dan salah satunya yaitu factor kecemasan atlit. Saat atlit melakukan pertandingan, pada atlit yang sudah prefesional tingkat kecemasan itu sangat rendah, namun jika pada atlit yang masih amatir, tingkat kecemasan sangat tinggi. Sehingga atlit tersebut bisa mengalami stress yang bisa menyebabkan atlit tidak konsen dalam pertandingan.
Kata Kunci: olahraga, atlit, kecemasan
PENDAHULUAN
Olahraga adalah salah satu kegiatan yang paling sring dilakukan manusia. Olahraga terbagi dalam beberapa jenis, yaitu olahraga prestasi, olahraga rekreasi, dan olahraga pendidikan. Dalam olahraga prestasi ada dua jenis yaitu olahraga yang menggunakan banyak oksigen dan olahraga dengan sedikit oksigen. Untuk menunjang prestasi para atlit amatir ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu fisik, tehnik, taktik, dan mental.
Dalam mental atlit ada beberapa factor yaitu motivasi, percaya diri, kecemasan, dan lain-lain. Kecemasan terdiri dari komponen mental (kognitif) dan fisiologis (somatik)
komponen
(Bridges dan Knight, 2005). Kecemasan kognitif adalah mental komponen kecemasan, di mana seseorang mengalami kekhawatiran, keraguan, tak terduga mengancam, pikiran negatif, takut gagal, hilangnya kepercayaan diri dan konsentrasi. Kecemasan Somatik mengacu pada perubahan seseorang dirasakan dalam dirinya atau fisiologis nya, seperti detak jantung meningkat, darah tekanan dan ketegangan otot (Vincent dan Yahya, 2012).
Pada atlit amatir didaerah-daerah banyak yang sering mengalami kecemasan saat akan melakukan pertandingan. Ini dikarenakan pelatih tidak tahu tanda-tanda dari atlit yang cemas dengan situasi pertandingan. Selain itu atlit juga tidak percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki, dan juga atlit takut dengan situasi pertandingan, takut terhadap lawan, dan takut dengan keramaian penonton.
Untuk mengatasi kecemasan tersebut ada beberapa cara yaitu dengan self-talk, visualisasi, dan pelatih memberikan motivasi kepada atlit tersebut. Selain itu juga dengan tidak memberikan target yang terlalu tinggi terhadap atlit. Dengan target yang tinggi, bisa menimbulkan atlit down sebelum pertandingan, dan atlit akan mengalami beban secara mental.

PEMBAHASAN
Dalam arti luas olahraga adalah suatu kegiatan dimana semua anggota tubuh bergerak. Dalam perkembangannya, olahraga dibagi menjadi olahrag prestasi, olahraga rekreasi, dan olahraga pendidikan. Dalam olahraga prestasi, dibagi lagi menjadi dua yaitu olahraga yang menggunakan oksigen dan olahraga dengan tidak sepenuhnya menggunakan oksigen atau hanya sedikit menghirup oksigen. Olahraga yang menggunakan oksigen antara lain lari maraton, bersepeda, dan masih banyak lagi. Sedangkan olahraga yang menggunakan sedikit oksigen antara lain lari cepat, sepakbola, renang, dan lain-lain.
Dalam olahraga presatsi ada empat factor yang paling berpengaruh, yaitu fisik, tehnik, taktik, dan mental. Fisik berpengaruh karena untuk menunjang sebuah prestasi dalam dunia olahraga idealnya mempunyai fisik yang atletis. Namun pada era perkembangan jaman saat ini, bukan hanya atlit yang mempunyai fisik bagus saja yang bisa berprestasi, namun juga ada beberapa atlit yang mempunyai fisik dibawah ideal yang mampu bersprestasi. Contohnya dalam cabang olahraga sepakbola ada Lionel Messi, Aaroon Lennon, Andik Firmansyah, dan masih banyak lagi. Dari beberapa atlit tersebut, walaupun mereka mempunyai fisik yang relative dibawah namun mereka mempunya keistimewaan dalam hal yang lain, misalnya Messi (Pangilan dari Lionel Messi), dia mempunyai kemampuan dalam mengolah bola yang sangat baik, bahkan Messi mampu menjadi pemain terbaik Eropa tiga kali berturut-turut, yakni pada tahun 202009, 2010, dan 2011. Sedangkan Andik Firmansyah, berlari sekaligur melakukan dribbling (menggiring bola) dengan cepat. Dan mampu membawa TIMNAS Indonesia U-21 menjadi Runner-up Sea Games di Jakarta pada tahun 2012 lalu.
Setelah fisik, factor yang kedua yaitu tehnik. Tehnik dibutuhkan karena jika seorang atlit olahraga tidak punya tehnik yang bagus dan hanya mengandalkan fisiknya saja, maka atlit tersebut tidak akan bisa berprestasi. Contohnya, jika seorang atlit lompat tinggi hanya mengandalkan fisiknya yang tinggi dan tidak punya tehnik dalam melompat yang bagus maka dia tidak akan bisa memperoleh prestasi yang maksimal. Atlit tersebut akan kalah dengan atlit yang mempunyai fisik biasa namun mempunyai tehnik bagus. Maka dari itu tahnik juga sangat penting untuk menunjang prestasi seorang atlit olahraga. Begitu juga dicabang olahraga sepakbola. Walaupun seorang atlit sepakbola mempunyai fisik yang atletis, namun tidak ditunjang dengan kemampuan tehnik mengolah bola yang baik, maka atlit tersebut tidak akan bisa berkembang dengan baik.
Kemudian factor yang ketiga yaitu taktik. Taktik sangat diperlukan saat seorang atlit akan melakukan pertandingan. Seorang atlit selain mampu membaca situasi pertandingan dia juga harus bisa membuat taktik bagaimana bisa memenangkan pertandingan. Namun pada kebanyakan olahraga prestasi, taktik lebih banyak diperoleh dari pelatih, karena kemampuan seorang pelatih dalam menentukan taktik pada dasarnya lebih baik dari pada atlit. Faktor yang terakhir yaitu mental. Dalam dunia psikologi olahraga ada banyak sekali factor yang bisa mempengaruhi mental atlit. Antar lain percaya diri, motivasi, kecemasan, dan lain-lain.
Untuk mempelajari mental seorang atlit takni dengan ilmu psikologi olahraga. Ilmu ini muncul sejak 1897 oleh Morman Triplet. Ilmu ini mulai popular sejak tahun 1960-an, karena psikologi menjadi kebutuhan untuk meraih prestasi dalam olahraga. Dalam ilmu psikologi olahraga dibagi menjadi 2 yaitu ilmu murni dan ilmu terapan.
Kecemasan adalah salah satu factor yang bisa mempengaruhi prestasi atlit. Kecemasan ini muncil saat seorang atlit akan melakukan pertandingan. Pada atlit yang sudah professional kecemasan sangat rendah, namun pada atlit yang masih amatir kecemasan sering muncul dan mampu menggoyahkan konsentrasi atlit.
Kecemasan terdiri dari komponen mental (kognitif) dan fisiologis (somatik)
komponen
(Bridges dan Knight, 2005). Kecemasan kognitif adalah mental komponen kecemasan, di mana seseorang mengalami kekhawatiran, keraguan, tak terduga mengancam, pikiran negatif, takut gagal, hilangnya kepercayaan diri dan konsentrasi. Kecemasan Somatik mengacu pada perubahan seseorang dirasakan dalam dirinya atau fisiologis nya, seperti detak jantung meningkat, darah tekanan dan ketegangan otot (Vincent dan Yahya, 2012).
 Ada beberapa metode untuk mengukur tingkat kecemasan seorang atlit, yaitu kuisioner data diri. Pada metode ini atlit diberikan beberapa lembar kertas yang didalamnya berisikan pertanyaan-pertanyaan tentang data diri atlit. Selain data diri, juga ada pertanyaan tentang permainan atlit tersebut. Ukuran yang paling sering digunakan kecemasan sifat adalah Skala Sport Anxiety (SAS). Kemudian selain dengan kuisioner, ada drive theory (teori pemandu) dan teoti U terbalik.
Untuk mempelajari kecemasan pada atlit ada beberapa model dan teori yang telah didapat oleh para psikolog, yaitu teori multidimensional, model bencana, teori pembalikan, dan zona dengan berfungsi optimal modelkan (Woodman dan Hardy, 2003).   Kemudian Dua teori terbaru menawarkan kerangka melalui yang mana satu pemahaman lebih baik dari hubungan anxiety–performance mungkin diperoleh; proses sadar hipotesis (CPH) dan teori efisiensi proses (Wilson, Smith dan Holmes, 2007 ).
Kecemasan bisa sangat berpengaruh pada atlit-atlit amatir, khususnya atlit-atlit di tingkat daerah. Keadaan ini terjadi karena para pelatih ditingkat daerah masih banyak yang tidak melatih mentalnya. Kebanyakan para pelatih hanya melatih fisik, tehnik, dan taktik. Sehingga melupakan mental. Padahal mental sangat berpengaruh bagi atlit untul mencapai puncak prestasinya. Namun selain dari factor pelatih, kecemasan pada atlit amatir sering muncul karena beberapa factor antara lain atlit merasa takut dengan lawan yang memiliki fisik yang lebih besar, nama besar dan tehnik yang lebih baik. Kemudian kecemasan itu muncul karena adanya target yang terlalu tinggi dari pelatih atau official tim. Sedangkan atlit baru saja melakukan latihan dan masih belum mempunyai jam terbang yang banyak.
Atlit yang pertama kali melakukan pertandingan resmi biasanya akan mengalami kecemasan berupa, tidak bisa tidur pada malam hari sebelum pertandingan dimulai, merasa ingin BAB (buang air besar) atau BAK (buang air kecil), telapak tangan mengeluarkan banyak keringat, gugup, dan yang paling buruk wajah dari atlit tersebut akan berubah menjadi putih pucat. Dalam keadaan seperti ini seharusnya seorang pelatih bisa membaca keadaan atlitnya, dan menenangknnya dengan cara menyuruh atlit untuk melakukan pemanasan berulang-ulang, atau dengan mengajak atlit untuk berdiam diri dan memvisualisasikan pertandingan. Memvisualisasikan ruang hijau memiliki dampak positif pada kesehatan mental (Vincent dan Yahaya, 2012).  Bervisualisasi adalah salah satu dari metode Cooping. Coping telah didefinisikan oleh Lazarus dan Folkman (1984) sebagai  terus-menerus mengubah upaya kognitif dan perilaku untuk mengelola tuntutan eksternal dan / atau internal yang spesifik yang dinilai sebagai mengambil atau melebihi sumber daya dari orang. Salah satu strategi coping yang banyak digunakan adalah citra. Menurut Moran (1993) , citra tidak hanya berfokus pada indra visual tetapi dapat mencakup lainnya indra juga. Vealey dan Greanleaf (2001) mendefinisikan Citra sebagai menggunakan semua indera untuk menciptakan kembali atau menciptakan sebuah pengalaman dalam pikiran.
Jadi, untuk dapat membantu atlit amatir dalam mengatasi kecemasan saat akan melakukan pertandingan adalah dengan metode visualisasi atau membayangkan pertandingan dan berpikiran positif terhadap pertandingan. Dengan membayangkan pertandingan dan berfikiran positif atlit akan meras lebih nyaman dalam bertanding, sehingga atlit mampu bermain baik dan mendapatkan hasil yang maksimal. Selain visualisasi ada juga metode yang baik digunakan untuk mengurangi kecemasan yaitu dengan self-talk (berbicara kepada diri sendiri). Self-talk digunakan untuk member semangat kepada diri sendiri, agar mampu mengontrol emosi didalam diri.

KESIMPULAN
Kecemasan terdiri dari dua yaitu kecemasan kognitif dan kecemasan somatic. Kecemasan kognitif adalah mental komponen kecemasan, di mana seseorang mengalami kekhawatiran, keraguan, tak terduga mengancam, pikiran negatif, takut gagal, hilangnya kepercayaan diri dan konsentrasi. Kecemasan Somatik mengacu pada perubahan seseorang dirasakan dalam dirinya atau fisiologis nya, seperti detak jantung meningkat, darah tekanan dan ketegangan otot.
Atlit amatir tingkat daerah sering mengalami kecemasan karena tekanan dari penonton, tehnik yang kurang, takut dengan lawan yang lebih baik, target dari pelatih yang tinggi. Untuk ngurangi kecemasan bisa dengan self-talk, visualisasi dan motivasi dari pelatih.









DAFTAR PUSTAKA
Parnabas, Vincent A. & Yahaya Mahamood. 2012.  Anxiety and Imagery of Green Space among Athletes.  British Journal of Arts and Social Sciences: Malaysia (Diakses online pada 11 Mei 2014 pukul 18.45 WIB)

Moran. A. 1993. Conceptual and methodological issues in the measurement of mental imagery skills in athlete. Journal of Sport Behavior, 16, pp. 156-170. (Diakses online pada 11 Mei 2014 pukul 08.00 WIB)

R.S. Vealey & C.A. Greenleaf, 2001. Seeing is believing: Understand and using imagery in sport. In J.M. William (Ed.), Applied sport psychology: Personal growth to peak performance. Mountain View, CA: Mayfield Publishing Company.. (Diakses online pada 11 Mei 2014 pukul 08.00 WIB)

Sangari, Mandana, Farnoosh Fotrousi & Forouzan Fattahi Masrour. 2012. Relationship Between Mental Skill and Competitive Anxiety in Female National Football Players. World Applied Sciences Journal 20 (8): 1175-1178, 2012: Iran (Diakses online pada 11 Mei 2014 pukul 18.45 WIB)

Woodman, Tim & Lew Hardy. 2003. The relative impact of cognitive anxiety and self-confidence upon sport performance: a meta-analysis. Journal of Sports Sciences, 2003, 21, 443–457: UK (Diakses online pada 11 Mei 2014 pukul 18.45 WIB)

Mark Wilson, Mark, Nickolas C. Smith1 & Paul S. Holmes. 2007. The role of effort in influencing the effect of anxiety on performance: Testing the conflicting predictions of processing efficiency theory and the conscious processing hypothesis. British Journal of Psychology (2007), 98, 411–428: UK (Diakses online pada 11 Mei 2014 pukul 18.45 WIB)


Jumat, 21 Februari 2014

Anxiety (Kecemasan)

                                           

Definisi
vAnxiety As in the earlier section on confidence again it is important to make the trait-state distinction.

§Kecemasan Seperti pada bagian sebelumnya pada keyakinan itu juga penting untuk membuat perbedaan  antara sifat dengan keadaan.

Trait And State Anxeity
Trait anxiety: Merupakan watak yang relatif abadi , yaitu merupakan
dimensi kepribadian yang
mempengaruhi tingginya kecemasan orang dari rangkaian kesatuan untuk melihat berbagai keadaan tidak berbahaya yang mengancam .
State anxiety:
Emosi negatif takut dan ketegangan berpengalaman dalam situasi yang mengancam.

Cognitive And Somatic Anxiety
Kecemasan kognitif ditandai dengan kekhawatiran dan harapan negatif , tentang kinerja, evaluasi diri dan evaluasi oleh orang lain. Sebagai contoh, atlet muda mungkin khawatir bahwa mereka akan bermain buruk di depan orang tua mereka pada hari-hari olahraga sekolah, atau pemain golf profesional mungkin mulai memikirkan berapa ribu yang dikeluarkan  saat pukulannya meleset dari sasaran.
Kecemasan somatik, di sisi lain berkaitan dengan persepsi kita tentang keadaan tubuh kita. Misalnya, ketika kita menyadari memiliki jantung berdebar, tangan berkeringat, kaki gemetar, kupu-kupu di perut dan mulut kering.

Anxiety Measurement
vMetode yang paling banyak digunakan untuk mengukur kecemasan dalam olahraga adalah kuesioner data diri seseorang, yang memiliki telah digunakan untuk mengukur baik sifat dan negara kecemasan. Ukuran yang paling sering digunakan kecemasan sifat adalah Skala Sport Anxiety (SAS). yang paling banyak digunakan ukuran kecemasan keadaan adalah
CSAI-2

Anxiety Direction
vBeberapa peneliti telah mengklaim bahwa kecemasan memiliki arah serta intensitas, mengarah ke gagasan yang positif serta kecemasan negatif. Ada kemungkinan bahwa istilah arah kecemasan adalah sebuah nama yang salah dan arah dari hasil  ukuran skala diluar dugaan.

Drive Theory
vTeori Drive memprediksi bahwa pada setiap keterampilan yang diberikan tingkat, kinerja tergantung pada gairah (atau pengemudi) dengan cara linear sederhana, sehingga
lebih besar gairah yang semakin baik kinerja. Mendorong teori tidak menjelaskan hubungan
antara gairah dan kinerja untuk lebih
kompleks tugas-tugasnya yang khas dalam olahraga.

‘Inverted U’ theory
vDasar pemikiran dari teori ‘U terbalik adalah bahwa sebagai pengemudi (drive) meningkat, demikian juga kinerja, tetapi hanya sampai titik optimum, setelah meningkat dalam hasil pengemudinya menurun maka tingkat kinerja juga turun. Meskipun berdasarkan naiknya, banyak penelitian telah menunjukkan bahwa prediksi teori tidak selalu dikonfirmasi, dan sebagian besar telah digantikan dengan pendekatan yang lebih kompleks seperti teori bencana.
Thank You!

Kamis, 16 Januari 2014

RENANG



1.1 Prestasi renang Indonesia
Walaupun cabang olahraga renang Indonesia mendapatkan emas pada ajang SEA GAMES lalu, namun Indonesia gagal mengirim atlitnya ke Olimpiade London kemarin.
Richard Sambera menilai kegagalan Pengurus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PB PRSI) meloloskan atletnya ke Olimpiade tak lepas dari banyaknya persoalan dalam hal pembinaan atlet, terutama yang berkaitan dengan fasilitas dan program yang dijalankan. (http://www.metrotvnews.com/metronews/news/2012/06/08/94042/Richard-Sambera-Prihatin-Pembinaan-Renang/4_, diakses online pada Jumat, 8 Juni 2012 11:34 WIB)
Menurut pengamat olahraga nasional penyebab menurunnya prestasi renang, wartawan tabloid “BOLA”, Ignatius Sunito dan para pengamat olahraga lainnya mengatakan kalau masalah dana adalah penyebab utamanya. Terbatasnya dana membuat PRSI kesulitan untuk melaksanakan kompetisi renang tingkat nasional seperti dulu lagi, kurangnya rasa nasionalisme pemain, kurangnya manajemen dalam official, kurangnya disiplin. (http://www.jualbeliforum.com/sastra/276676-makalah-tentang-renang.html, diakses online pada 20 Oktober 2012)

2.1 Keadaan kepengurusan PB-PRSI
PB-PRSI adalah induk organisasi olahraga renang di Indonesia. Mulai menurunnya prestasi renang Indonesia, ditengarahi enyababnya dari system kepengurusan PB-PRSI yang tidak maksimal.
Ini ditandai dengan adanya kisruh pada POPNAS yang rencananya akan diselenggarakan di Riau gagal. Itu karena sejumlah daerah melakukan aksi mogok bertanding akibat tuan rumah Riau ngotot menampilkan perenang Pelatnas Prima. (http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=218182:popnas-kisruh-renang-batal-tanding-&catid=22:rnasional&Itemid=41, diakses pada minggu 3 Oktober 2012)
Selain itu di Makasar juga ada masalah baru, yakni Ketua Harian Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) Sulsel Abdul Muin, mengatakan keinginan agar Musyawarah Olahraga Provinis (Musorprov) KONI Sulsel tidak hanya memilih Ketua namun dan pembentukan pengurus baru, juga sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) KONI. (http://www.antara-sulawesiselatan.com/berita/42455/pengurus-olahraga-ingin-koni-dirombak-total, diakses pada Kamis, 4 Oktober 2012)
Pengurus olahraga Sulawesi Selatan meminta Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sulsel lebih transparan dalam hal penggunaan anggaran Pekan Olahraga Nasional (PON). Ketua Harian Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) Sulsel Abdul Muin di Makassar, Rabu, mengatakan, dengan adanya keterbukaan akan membuat atlet dan pelatih setiap cabang dapat lebih fokus menghadapi PON 2012.
(http://makassar.antaranews.com/berita/41209/pengurus-olahraga-minta-koni-transparan-penggunaan-anggaran, diakses pada Rabu, 15 Agustus 2012)

3.1 Sarana dan prasarana cabang olahraga renang di Indonesia
Bukan hanya sistem kepengurusan PB-PRSI yang kurang maksimal, namun di Indonesia sarana dan prasana untuk cabang olahraga renang, masih banyak kekurangan. Ini terbukti saat PON di Pekanbaru kemarin yakni: Dinding kolam berlumut, airnya berbuih dan tidak terawat. Ketika Pengurus Provinsi Persatuan Renang Seluruh Indonesia Riau berkunjung. Venue kolam renang tersebut tidak bisa difungsikan pada training center (TC) atlet renang PON Riau karena kondisinya yang tidak layak. (http://www.fokusriau.com/berita-694-gimana-atlet-mau-latihan-kolam-renang-berlumut-dan-berbuih.html, diakses pada Rabu, 25 Juli 2012)
Pada Coaching Clinic (pelatihan) yang dilakukan oleh pelatih renang asal Rusia, Berezutskaya Ala yang biasa di panggil Rezutska di Kota Sidimpuan, dia mengatakan bahwa atlit akan sulit berprestasi bila sarana dan prasarana yang dipergunakan tidak standar. (http://www.metrosiantar.com/2012/pelatih-dari-rusia-latih-atlet-renang-psp/, diakses online pada Selasa, 9 Oktober 2012)

4.1 Sistem pembinaan cabang olahraga renang di Indonesia
Sistem pembinaan di Indonesia juga salah satu alasan kenapa prestasi renang Indonesia belum bisa mencapai prestasi yang maksimal. Karena pembinaan atlit usia dini dinilai sangat penting untuk mendapatkan penerus atlit senior yang sudah lewat masa keemasannya.
Pembinaan cabang olahraga renang di Cilegon, dinilai belum merata. Hal tersebut diketahui  dari pekan olahraga Kota ke IV  Cilegon   mempertandingkan Cabang olahraga renang di Kolam Renang, KCC, Kota Cilegon, selasa  (3/4) yang hanya diikuti oleh beberapa kecamatan saja. (http://www.fesbukbantennews.com/2012/04/pembinaan-cabor-renang-di-cilegon-belum-merata/, diakses pada tanggal 3 April 2012)

Ketua Harian KONI Jawa Timur Dhimam Abror, saat dikonfirmasi RRI hari ini (24/9), menilai ada yang salah dengan pembinaan internal di cabang olahraga renang. “Ada gap antara atlet senior dan yunior yang membuat atlet tampil tidak total,” Jelas Dhimam. Karena atlet andalan yang berlaga di PON Ke-17 2008 lalu masih tampil di PON tahun ini namun sudah tidak sanggup mencapai best time sementara atlet yunior dianggap belum mampu bersaing. (http://rrisby.net/sorotan-cabor-renang.html, diakses pada tanggal 24 September 2012)