Selasa, 07 Februari 2017

YANG DIMAKSUD TAHAP PERTANDINGAN

PENDAHULUAN



Latar Belakang

Olahraga merupakan kegiatan-kegiatan yang banyak memerlukan kekuatan tubuh, kecepatan, kelentukan, keseimbangan dan sebagainya, dalam olahraga prestasi untuk untuk mencapai peak performa perlu persiapan yang cukup panjang agar di dalam kompetisi dapat mencapai prestasi maksimum.Untuk menyongsong kompetisi program latihanpun di rancang sedemikian rupa supaya atlet dan menyerap program dengan baik dan dapat mencapai peak performa pada saat masa kompetisi di gelar.Di dalam penyususnan program latihan terdapat pentahapan masa – masa latihan, mulai dari tahap persiapan hingga tahap transisi.Pentahapan tersebut biasa disebut dengan periodesasi latihan.Programnya biasanya dibagi – bagi dalam sejumlah tahap atau periodesasi latihan yaitu : tahap persiapan (preparation period), tahap pertandingan (preparation period) dan, tahap transisi (transition period).
Program penguatan fisik umum diberikan pada tahap persiapan umum, pada tahap persiapan khusus digunakan untuk memperhalus teknik dan taktik.Pada tahap pertandingan penyempurnaan semua aspek latihan, terutama aspek fisik, teknik, dan mental, untuk memperoleh prestasi puncak pada pertandingan utama.Pada tahap pertandingan ini latihan fisik sudah tidak diberikan karena sudah diberikan pada tahap TPU.Jarver (1969) menanamkan setiap tahap tersebut tahap  “foundation, preparation, competitive, dan active rest”. Pyke (1991) menanamkannya, “pre – season, in – season, dan tahap active rest”.Sedangkan Harsono (1988) mengistilahkan sebagai, “musim persiapan, musim pematangan juara, dan musim usai pertandingan”.Pada tahap pra pertandingan volume latihanmenurun dan intensitas latihan naik, karena pada TPP difokuskam pada exebition match atau pertandingan uji coba, latihan teknik, taktik dan fisik.Sedangkan pada tahap pertandingan utama terdapat juga didalamnya tahap penurunan beban latihan.Pada tahap pertandingan utama, lebih difokuskan pada latihan taktik, dan lebih sedikit latihan fisik.

PEMBAHASAN


2.1    Tahap Pertandingan

Salah satu tujuan pada tahap pertandingan adalah penyempurnaan semua aspek latihan, terutama aspek fisik, teknik, dan mental, untuk memperoleh prestasi puncak pada pertandingan utama.Teknik dasar yang sudah terbentuk pada TPU, lalu disempurnakan pada TPK harus sudah mendekati sempurna.Jika pada tahap ini atlet masih belum menguasai keterampilan teknik dengan baik, maka dapat diperkirakan pelatih membuang waktu dengan percuma.
Menurut Ozolin (1971), yang menjadi tujuan umum tahap pertandingan adalah sebagai berikut:
a.       Semakin mengembangkan kemampuan biomotor dan ciri psikologis sesuai dengan kekhasan cabang olahraga yang bersangkutan.
b.      Tetap melakukan latihan – latihan untuk menyempurnakan fisik.
c.       Menyempurnakan dan memantapkan teknik.
d.      Menyempurnakan taktik.
e.       Mencari pengalaman bertanding (banyak bertanding, namun jangan terlalu banyak).
f.       Memperbaiki tingkat pengetahuan teoritis mengenai cabang olahraga, termasuk peraturan serta strategi pertandingan.
Menurut Yudiana (2008), “waktu  yang dibutuhkan pada tahap pertandingan adalah sekitar 5 – 6 bulan, tergantung pada cabang olahraga dan jenis rencana tahunannya”. Pada tahap pertandingan, kondisi fisik yang telah dimiliki TPK harus tetap dipertahankan agar kondisi fisik tersebut dapat mendukung kepada aspek lainnya yaitu aspek teknik, taktik, mental, serta penampilan dan prestasi atlet.Selain itu juga pada tahap ini penekanan latihan adalah pada bentuk – bentuk latihan dan keterampilan yang khas dari cabang olahraga yang dilakukan.Pada tahap ini juga harus banyak dilakukan tes uji coba dan pertandingan agar atlet terlatih dalam suasana stres fisik dan mental. Pemberian stres ini diharapkan dapat menumbuhkan kedewasaan serta sikap kematangan juara, seperti menurut Harsono (1998) yaitu sebagai berikut:
a.       Semangat bertanding serta disiplin yang tinggi karena tanpa disiplin tak mungkin bisa jadi juara.
b.      Pantang menyerah.
c.       Emosi yang seimbang mekipun berada dalam situasi stres.
d.      Percaya diri.
e.       Kemampuan untuk mengambil keputusan yang cepat dan tepat dalam situasi stres.
f.       Sportivitas.

Karakteristik Latihan
a.       Beban latihan yang diberikan pada kekhasan cabang olahraga relatifakan semakin meningkat. Hal ini bertujuan agar konsistensi perkembangan prestasi dapat lebih terjamin.
b.      Intensitas latihan meningkat.
c.       Volume latihan menurun.
d.      Untuk memudahkan perencanaan dan untuk alasan metodologis, maka tahap pertandingan dibagi menjadi dua subfase sebagai berikut:

2.1.1             Tahap Pra Pertandingan (TPP)

Berikut pemahaman mengenai Tahap Pra Pertandingan (TPP):
1)             Lama latihannya sekitar 2 bulan
2)             Tujuannya yaitu untuk melibatkan atlet dalam berbagai jenis pertandingan atau ekshibisi tidak resmi sehingga pelatih dapat mengevaluasi secara objekif dan mengamati serta menilai sampai seberapa jauh tingkat kemampuan atletnya disegala aspek latihan (fisik, teknik, taktik, dan mental). Menang atau kalah bukan merupakan tujuan utama dari tahap ini.
Karakteristik latihan:
1)             Volume latihan menurun yaitu sekitar 60%
2)             Intensitas latihan naik menjadi sekitar 80%
3)             Latihan fisik, yaitu dalam bentuk mempertahankan kondisi fisik yang telah dikembangkan pada tahap sebelumnya.
4)             Latihan teknik, berupa keterampilan teknik harus sudah sempurna.
5)             Penekanan latihan pada taktik yaitu pola pertahanan dan penyerangan, baik pada olahraga perorangan maupun beregu, serta pola dan formasi – formasi permainan harus diketahui oleh atlet.
6)             Bobot volume latihan:             Taktik              : sekitar 50%
Fisik                 : sekitar 20%
Teknik             : sekitar 20%
Lain – lain       : sekitar 10%
7)             Mempersiapkan secara khusus mengenai perkembangan mental dan emosional atlet.
8)             Pertandingan uji coba dapat diberikan sebanyak mungkin disesuaikan dengan kebutuhan.
9)             Hindarkan hal – hal yang dapat menyebabkan cedera, karena pada tahap ini rawan akan terjadinya cedera.
10)         Masa ini merupakan masa yang paling berat karena kelesuhan serta kejenuhan sering timbul pada diri atlet sehingga stres sering mempengaruhi atlet.
Berikut adalah aspek – aspek yang perlu dilatih dalam TPP:
1)             Taktik
Pada tahap pra pertandingan ini adalah tahap awal dari keseluruhan tahap pertandingan. Tujuan utama dari tahap ini agar penampilan dan prestasi atlet atau tim bisa semakin meningkat sehingga peak performanya. Karena itu pada tahap ini pola dan formasi pertahanan dan penyerangan harus dilatihkan sedemikian rupa sehingga berkembang menjadi suatu kesatuan gerak yang sempurna (a smoothly functioning band precision unit). Menurut Harsono (1988),“ setiap pola penrtahanan dan penyerangan haruslah dikenal dan dikuasai oleh setiap anggota tim, agar dengan demikian hamper tidak mungkin regu lawan akan dapat mengacaukan regu kita dengan suatu bentuk serangan atau pertahanan yang tidak di kenal.
2)             Teknik
Latihan teknik di TPP harus di usahakan dimaksimalkan, baik teknik – teknik bagian maupun kombinasi dan rangkaian dari beberapa teknik bagian.Pada akhir TPP yang berlangsung kira – kira dua bulan, teknik gerakan harus sudah sempurna dan hampir sempurna.Sebab dalam TPUT nanti fokus perhatian latihan pidah ke asek taktik yang semakin rumit.Jadi teknik belum sempurna, maka tidak mungkin latihan taktik bisa dimaksimalkan atau berjalan dengan mulus dan efektif.
3)             Fisik
Latihan fisik yang spesifik untuk cabang olahraga yang sudah diawali di akhir TPK, dalam tahap ini dilanjutkan dan ditingkatkankinerjanya sesuai dengan prinsip “specificity of training” dan periodesasi latihan fisik.Contoh : komponen fisik yang diperlukan oleh atlet tenis bukan hanya daya tahan (aerobik) , fleksibilitas dan kekuatan. Dia juga memerlukan unsure lainnya, yaitu dya tahan anaerobic, baik yang alactacid maupun lactacid, agilitas , kecepatan , power , daya tahan otot. Dalam TPP ini komponen – komponen tersebut harus dilatih secara maksimal , sehingga di TPUT kelak atlet tinggal memelihara (maintain) yang sudah dicapai di TPP.Dalam TPP ini juga diperlukan UJI COBA kecuali latihan – latihan tersebut di atas, tujuan latihna dalam tahap pra pertandingan ini adalah juga untuk melibatkan atlet dalam berbagai cobaan pertandingan yang intensitasnya diusahakan semakin meningkat secara progresif.Tujuannya adalah agar pelatih dapat mengevaluasi secara obyektif dan menilai tingkat kemampuan para atletnya di segala aspek training.
Setiap  pertandingan atau uji coba sebaiknya dia dahului dengan unloading singkat agar tubuh dapat melakukan egenerasi sehingga overkompensasi bisa muncul pada waktu uji coba tersebut. Seperti diketahui n, kinerja atlet mencapai puncaknya di tahap overkompensasi ini (Harsono, 2000).Pelibatan atlet dalam pertandingan juga penting guna mengevaluasi atau menilai program yang telah dirancang oleh pelatih.Dengan demikian yang diujikan bukan hanya atlet namun juga pelatih.

IPTEK dalam TPP

Menurut Harsono, (2004), “dalam TPP ini, untuk latihan dengan kualitas tinggi, penerapan IPTEK olahraga semakin menjadi penting”. Karena itu sentuhan – sentuhan bidang – bidang ilmu yang erat hubungannya dengan olahraga dan yang bisa memberikan sumbangan yang positif bagi perkembangan prestasi, seperti faal olahraga, anatomi, hukum – hukum biomekanika, psikologi olahraga, prinsip dan metodologi belajar/ mengajar harus bisa diberikan pelatih dalam latihan. IPTEK harus masuk disegala segi kehidupan atlet.

2.1.2             Tahap Pertandingan Utama (TPUT)

Ciri – ciri dari Tahap Pertandingan Utama (TPUT) ini sebagai berikut:
1)             Lama latihannya sekitar 3 bulan.
2)             Tujuannya adalah sebagai berikut:
·           Menggali potensi atlet untuk berkembang seoptimal mungkin, baik potensi fisik, teknik, taktik dan mental karena aspek ini merupakan komponen utama untuk meraih kemenangan sehingga prestasi atlet dapat mencapai puncaknya pada pertandingan utama yang dijadikan target selama ini (hari H).
·           Atlet sudah dalam kondisi siap tempur sehingga lebih percaya diri dan memiliki motivasi yang tinggi untuk mencapai kemenangan.
Karakteristik latihan:
1)             Intensitas latihan naik tajam, yaitu mencapai 90% - 100%.
2)             Volume latihan menurun tajam.
3)             Tes – tes uji coba/ try out, bertahap dari pertandingan yang kurang berat meningkat ke yang lebih berat, atau selang – seling antara pertandingan berat dan ringan supaya ada keseimbangan antara menang dan kalah. Try out boleh banyak, namun jangan terlalu banyak.
4)             Bobot volume latihan:             Taktik              : sekitar 70%
Teknik             : sekitar 10%
Mental             : sekitar 15%
Fisik                : sekitar 5%
5)             Sekitar satu minggu sebelum hari H adalah tahap unloading (pengurangan beban latihan).
6)             Dua hari menjelang “hari H” latihan ringan, waktu singkat, dan intensitas rendah..
Didalam tahap pertandingan utama terdapat pula tahap penurunan beban (unloading phase). Berikut pemahaman mengenai tahap penurunan beban:
1)             Lamanya sekitar 1 sampai 2  minggu sebelum “hari H” (jangan lebih dari dua minggu).
2)             Tujuannya adalah untuk regenerasi seluruh fungsi organisme tubuh dan regenerasi psikologis, terutama sistem pusat syaraf dan mental atlet menjelang dia terjun dalam pertandingan utama.
Karakteristik latihan:
a.              Minggu I (2 minggu sebelum “hari H”), intensitas latihan turun sampai 50% - 60%, dan latihan beban dikurangi.
b.             Minggu II (1 minggu sebelum “hari H”), program latihan beban dihapus, intesitas dan volume latihan makin diturunkan. Dengan demikian atlet akan merasa segar dan siap untuk diterjunkan dengan usaha maksimal di pertandingan utama. Untuk dua hari sebelum “hari H”, latihan dengan intensitas rendah dan waktunya singkat, suasana harus relaks dan menyenangkan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dipersiapkan yang menyangkut masalah psikologis sebelum pertandingan, yaitu sebagai berikut:
·           Melakukan rutinitas kehidupan sehari – hari, misalnya makan pada jam yang sama, lari pagi, istirahat cukup.
·           Jika sehari sebelum pertandingan, anda ingin berlatih, maka latihanlah sesuai dengan waktu pertandingan besok, dan berlatihlah dilokasi pertandingan, dan jangan terlalu lelah.
·           Ketegangan merupakan hal yang wajar, usahakan ketegangan tersebut diperkecil dengan berfikir positif, mengingat kemampuan yang dimiliki dan melupakan kelemahan.
·           Berdoa memohon kekuatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan bertekad untuk bermain sebaik mungkin.
Berikut aspek – aspek yang harus dilatihkan pada tahap pertandingan utama:
1)             Taktik dan Strategi
Dalam TPUT ini, penekanan latihan adalah pada taktik permainan.Khusus untuk cabang – cabang olahraga yang ada aspek taktiknya seperti bola voli, basket, tenis, sepakbola, dll.Yang diutamakan dalam TPUT ini adalah latihan yang ditekankan pada pola – pola dan manuver – manuver pertahanan dan penyerangan.Semua pola dan formasi penyerangan dan pertahanan tidak satu pun yang boleh luput dari perhatian pelatih. Menurut Harsono (2004), “strategi adalah rancangan peperangan, sedangkan taktik adalah action di medan perang”. Strategi mengacu pada konsep umum dalam mengorganisasi latihan atau pertandingan bagi atlet atau tim dalam persiapan menghadapi suatu pertandingan akbar. Sedangkan taktik mengacu kepada rencana persiapan menghadapi suatu aksi atau pertandingan tertentu, yang merupakan bagian intrinsik dari kerangka umum suatu strategi.
2)             Fisik
Tujuan latihan fisik dalam TPUT adalah untuk memelihara dari standar atau tingkat kondisi fisik yang telah dicapai selama tahap – tahap latihan sebelumnya.Yang perlu diperhatikan ialah bahwa program latihannya ialah latihan spesifik cabang olahraganya, baik sistem energi maupun unsur – unsur biomotoriknya. Menurut Harsono (2001), “ketentuan latihan kekuatan sejak TPUT ialah adaptasi anatomik, kekuatan maksimal, dan kekuatan ini kelak dikonversi menjadi power dan daya tahan kekuatan”.
3)             Volume dan Intensitas
Untuk cabang olahraga yang daya tahan aerobiknya merupakan faktor yang dominan (marathon, renang/lari/bersepeda jarak jauh), volume latihan masih bisa tinggi. Namun untuk cabang – cabang olahraga yang merupakan kesempurnaan unsur – unsur koordinasi, kecepatan, dan atau power, volume latihannya bisa diturunkan sampai sekitar 50% dari volume yang diberikan pada tahap persiapan. Sebaliknya, intensitas latihannya ditingkatkan secara bertahap, dan mencapai tingkatnya yang tinggi sekitar 2 – 3 minggu sebelum pertandingan utamanya.Selama tahap pertandingan utama ini, latihan dengan intensitas yang maksimal sebaiknya tidak melebihi 3 kali per micro cycle.Kelak pada tahap unloading, intensitas latihannya secara bertahap diturunkan.

Jumlah pertandingan menurut Rushal dan Pyke (1990), “jika atlet ingin mencapai hasil terbaiknya, jumlah uji coba yang diperlukan selama tahap pertandingan bisa 7 – 10 buah”.Namun jadwalnya harus dirancang sedemikian rupa sehingga densitasnya (intervalnya) antara setiap pertandingan jangan terlalu rapat.Sebab atlet memerlukan recovery dan regenerasi usai tiap uji coba.Jadi setiap masa uji coba sebaiknya ada suatu masa transisi yang singkat.

PENUTUP



3.1    Kesimpulan

Dari penjelasan – penjelasan di atas mengenai tahap pertandingan, dapat di ambil beberapa kesimpulan yakni:
1)        Tahap pertandingan adalah tahap yang mempunyai tujuan untuk menyempurnakan semua aspek fisik, teknik, dan mental, untuk memperoleh prestasi puncak pada pertandingan utama.
2)        Tahap pra pertandingan mempunyai masa latihan sekitar 2 bulan, untuk melibatkan atlet dalam berbagai jenis pertandingan atau ekshibisi tidak resmi sehingga pelatih dapat mengevaluasi secara objekif dan mengamati serta menilai sampai seberapa jauh tingkat kemampuan atletnya disegala aspek latihan (fisik, teknik, taktik, dan mental). Dalam tahap ini, volume latihan menurun dan intensitas ditingkatkan.
Tahap pertandingan utama mempunyai masa latihan sekitar 3 bulan, dengan tujuan menggali potensi atlet untuk berkembang seoptimal mungkin, baik potensi fisik, teknik, taktik dan mental. Pada tahap ini atlet sudah dalam kondisi siap menghadapi pertandingan.

DAFTAR RUJUKAN

Budiwanto. 2012. Metodologi Latihan Olahraga. Malang: Universitas Negeri Malang.

Yudiana, Herman dkk. 2008. Dasar- Dasar Kepelatihan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Harsono.2004. Perencanaan Program Latihan.Bandung: Tambak Kusuma.

Kuswari. 2012. Periodesasi Latihan. (online), (https://murykuswari10.wordpress. com /2012/06/10/periodesasi-latihan/), diakses 4 Februari 2014.

DOMAIN PSIKOMOTOR DALAM BELAJAR GERAK

PENDAHULUAN

  Latar Belakang
Manusia mulai dari saat lahir hingga mati pasti bergerak. Walaupun saat tidur, manusia pasti melakukan gerakan. Manusia bergerak dalam dua metode, yaitu bergerak secara sadar dan tidak sadar. Yang yang sadar yakni melakukan aktivitas sehari, seperti berjalan, berlari, melompat, melompat, dan lain-lain. Sedangkan gerakan yang tanpa sabar yakni gerakan-gerakan pada organ dalam, seperti gerakan diafragma saat melakukan pernafasan, berkedip, dan lain-lain.
Ada beberapa Istilah yang sering digunakan dalam studi tentang gerak manusia (human movement). Istilah tersebut adalah ilmu gerak, kinesiologi, human performance, dan pendidikan jasmani. Istilah istilah ini sering kali terdengar saat ada perbincangan tentang gerak. Selain istilah-istilah tersebut, saat ini mulai sering terdengar juga istilah yang membahas tentang gerak manusia, yaitu pertumbuhan dan perkembangan motorik. Pada ilmu ini pembahasan tentang gerak lebih detail, mulai dari saat manusia mulai tumbuh dalam janin hingga mati. Dan juga pergerakan manusia dari mulai dibuahi oleh induk telur hingga manusia muncul dan mengalami berbagai perubahan hingga mati.
Dalam makalah yang dibuat oleh Ma’mun dan Saputra, mengatakan bahwa perilaku gerak manusia terbagi dalam tiga bagian, yaitu teori gerak (motor control), belajar gerak (motor learning), dan perkembangan gerak (motor development). Teori gerak adalah studi mengenai factor-faktor fungsi syaraf yang mempengaruhi gerak manusia. Belajar gerak merupakan studi tentang proses keterlibatan dalam memperoleh dan menyempurnakan ketrampilan gerak sangat terkait dengan latihan dan pengalaman individu bersangkutan. Dan perkembangan gerak merupakan perubahan dalam perilaku gerak yang mereflesikan interaksi dari kematangan organisme dan lingkungannya. Menurut dari pengertian dan penjelasan diatas, maka penulis berinisiatif untuk menjabarkan tentang psikomotor, belajar, dan gerak disatukan dalam tema “domain psikomotor dalam belajar gerak”.

PEMBAHASAN

2.1 Domain Psikomotor
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata “domain” artinya adalah wilayah; tanah. Domain juga sering diidentikan dengan internet. Banyak para ahli yang mengartikan domain berkaitan dengan internet. Misalnya Irene Joos dan Nancy mendefinikan kata domain adalah identitas sebuah website di internet. Dan Yuhefizar mengatak bahwa domain adalah nama unik yang dimiliki sebuah website yang terdiri dari dua bagian dan dipisahkan oleh sebuah titik. Namun dalam makalah ini domain bukan diartikan sebagai wensite, namun domain yang berhubungan dengan perkembangan sistem gerak manusia atau kemampuan motorik manusia.
Kemampuan motorik adalah suatu yang mendasar dalam kehidupan setiap orang. Gerak adalah suatu penampilan yang ditampilkan oleh manusia secara nyata dan dapat diamati. Kemampuan motorik penting dipelajari dalam pelajaran pendidikan jasmani karena kemampuan gerak merupakan bagian dari ranah psikomotorik.  Ada tiga komponen dasar dominan psikomotor, yaitu: domain yang bersifat jasmani (psysical), kesegaran (fitness), dan permainan (play). Komponen kesegaran menunjuk pada kuantitas gerakan, atau seberapa lama gerakan yang dilakukan dapat dipertahankan, dan komponen bermain menyajikan akumulasi perkembangan domain psikomotor. Adapun unsur-unsur kemampuan motorik terdiri dari: (1) kekuatan, (2) kecepatan, (3) power, (4) ketahanan, (5) keseimbangan, (6) fleksibilitas, dan (7) koordinasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik adalah faktor tampilan dan faktor lingkungan. Faktor tampilan paling sering berpengaruh pada kemampuan motorik tertentu, faktor tampilan dapat berupa ukuran tubuh, pertumbuhan fisik, sistem saraf, kekuatan dan berat tubuh.
Dari beberapa ahli psikologi pendidikan yang relative sederhana namun bisa diterima oleh masyarakat luas, yaitu teori dari Benyamin Bloom. Benyamin Bloom mengatakan bahwa proses pembelajaran yang dialami manusia itu menempuh tiga jalur utama, yaitu pertama yang berkaitan dengan domain kognitif, kedua domain efektif, dan yang ketiga domain psikomotor. Lewat pendapatnya tersebut, maka banyak pamikiran-pemikiran yang dimiliki oleh masyarakat tentang proses belajar mulai berkembang dan mulai berfikir bahwa proses belajar tidak hanya ada diranah atau lingkungan sekolah saja, namun proses belajar ada disekitar masyarakat luas.
Pengertian dari ketiga jalur atau domain tersebut, yaitu domain kognitif adalah domain yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan intelektual, seperti pengertian, pengetahuan, dan ketrampilan berfikir. Domain afektif yaitu berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Dan domain psikomotor adalah domain yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek ketrampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Jadi dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa domain psikomotor itu adalah cara atau proses belajar yang bersifat kemampuan motorik manusia. Manusia tidak hanya belajar untuk mengembangkan pola berfikir tentang ilmu pengetahuan saja, namun juga perlu untuk belajar untuk mengembangkan pola kreatifitas dengan cara mengembangkan domain psikomotornya. Domain psikomotor ini sebenarnya sudah mulai sejak manusia dilahirkan didunia. Contohnya bayi mulai mengenali keadaan sekitar atau lingkungannya, hal ini dilakuannya untuk beradaptasi, karena manusia mempunyai salah satu sifat yaitu adaptasi.
Jadi domain psikomotor itu perlu diketahui oleh setiap manusia, karena domain psikomotor berperan penting dalam proses perkembangan manusia menuju dewasa. Selain itu jika sistem kreatifitas manusia dikembangkan, maka akan membuat manusia tersebut menjadi manusia yang kreatif, dengan kretifitas menjadikan hidup menusia menjadi berwarna dan lebih bermakna.

2.2 Belajar
Belajar pada hakikatnya selalu terintegrasi dengan kehidupan manusia, demikian juga binatang. Peristiwa yang dialami baik oleh manusia ataupun hewan pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam arti kata bahwa tanpa belajar manusia ataupun binatang, maka kelangsungan hidupnya akan terancam. Hergenhahn dan Olson (1993) menyimpulkan bahwa, kemampuan one trial learning dari binatang merupakan pelengkap dari instingnya agar binatang tersebut dapat mempertahankan kehidupannya. Demikian pula halnya dengan manusia, agar mereka bisa terus mempertahankan hidupnya, maka mereka dituntut untuk terus belajar, belajar, dan belajar hingga manusia tersebut maninggal.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hergenhahn dan Olson (1993) menghasilkan definisi belajar, yaitu belajar adalah sebagian dari perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku yang merupakan hasil dari pengalaman dan tidak bercirikan tanda-tanda yang disebabkan oleh pengaruh yang bersifat sementara seperti yang disebabkan oleh sakit, kelelahan atau pengaruh obat-obatan. Ketika membaca definisi belajar dari Hergenhahn dan Olson tersebut maka dapat disimpulkan bahwa, mereka adalah peneliti yang beraliran behavioris, karena mereka menempatkan perilaku sebagai indikator perubahan yang diakibatkan oleh belajar. Oleh karena itu, maka orang yang beraliran kognitivis akan mendebatkan bahkan akan menolaknya. Contohnya, Mayer (1987) yang beraliran kognitivis mengajukan definisi belajar sebagai perubahan yang relative permanen dalam pengetahuan (knowledge) dan perilaku seseorang yang disebabkan oleh pengalaman.
Banyak ahli yang mengemukakan tentang jenis-jenis belajar. Salah satunya yaitu Robert Gagne (1977), mengemukakan lima domain tentang jenis belajar, yaitu: 1) ketrampilan gerak, yaitu gerakan berorientasi yang diwakili oleh oleh koordinasi respon terhadap tanda-tanda tertentu, 2) informasi verbal, yaitu dicontohkan melalui fakta-fakta, prinsip-prinsip, dan generalisasi, yang dianggap sebagai pengetahuan, 3) ketrampilan intelektual, yaitu diwakili oleh diskriminasi, peraturan, dan konsep-konsep (penerapan pengetahuan), 4) strategi kognitif, yaitu ketrampilan-ketrampilan yang terorganisir secara internal yang menentukan pembelajaran seseorang, pengingatan dan pemikiran, 5) sikap, yaitu perilaku efektif seperti perasaan.
Kemudian Mayer (1987) mencoba memberikan batasan-batasan jenis belajar menjadi empat, yaitu: 1) pembelajaran respon seperti yang ditunjukan oleh pembelajaran behaviorisme, 2) pembelajaran konsep, yang menunjuk pada penguasaan peraturan klasifikasi baru, yang didasarkan pada pengalaman, 3) pembelajaran verbal hapalan, yang melibatkan kemampuan untuk menghasilkan suatu dftar respon verbal, 4) pembelajaran prosa, yang menunjuk pada pembelajaran sematik baru atau prosedur pengetahuan dari tulisan atau prosa yang menyatakan secara verbal.
2.3 Gerak
Gerak adalah suatu penampilan yang ditampilkan oleh manusia secara nyata dan dapat diamati. Menurut pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa gerak adalah perilaku manusia yang setiap saat dilakukan dan dapat diamati. Kemampuan motorik penting dipelajari dalam pelajaran pendidikan jasmani karena kemampuan gerak merupakan bagian dari ranah psikomotorik. Ada tiga komponen dasar dominan psikomotor, yaitu: domain yang bersifat jasmani (psysical), kesegaran (fitness), dan permainan (play). Komponen bersifat jasmani terkait dengan status anatomis atau struktural. Komponen motorik berhubungan dengan kualitas gerak atau cara melakukan gerakan. Komponen kesegaran menunjuk pada kuantitas gerakan, atau seberapa lama gerakan yang dilakukan dapat dipertahankan, dan komponen bermain menyajikan akumulasi perkembangan domain psikomotor.
Adapun unsur-unsur kemampuan motorik terdiri dari: (1) kekuatan, (2) kecepatan, (3) power, (4) ketahanan, (5) keseimbangan, (6) fleksibilitas, dan (7) koordinasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik adalah faktor tampilan dan faktor lingkungan. Faktor tampilan paling sering berpengaruh pada kemampuan motorik tertentu, faktor tampilan dapat berupa ukuran tubuh, pertumbuhan fisik, sistem saraf, kekuatan dan berat tubuh. Beberapa ahli menganggap bahwa sistem saraf merupakan faktor utama dalam penggunaan kemampuan motorik anak. Kesulitan terbesar untuk mengembangkan sistem saraf adalah cara mengontrol banyaknya kegiatan sendi gerak tubuh per unit. Pada satu lengan saja kira-kira ada 2600 unit gerak, 26 otot, dan 4 sendi. Namun melalui latihan, masing-masing unit gerak akan terkoordinasi. Faktor lingkungan juga mempengaruhi kemampuan motorik, motivasi untuk bergerak mungkin karena adanya stimulasi dari lingkungan, misalnya melihat sesuatu hal yang baru atau unik maka seseorang akan menuju ke arah tersebut. Sebaliknya kurang gerak untuk melakukan gerakan secara aktif akan menghambat perkembangan kemampuan motorik.
Maka perlu adanya ketrampilan gerak, agar manusia dapat melakukan setiap kegiatannya dengan baik dan benar. Keterampilan dapat menunjuk pada aksi khusus yang ditampilkan atau pada sifat di mana keterampilan itu dilaksanakan.  Banyak kegiatan dianggap sebagai suatu keterampilan, atau terdiri dari beberapa keterampilan dan derajat penguasaan yang dicapai oleh seseorang menggambarkan tingkat keterampilannya. Hal ini bisa terjadi karena kebiasaan yang sudah diterima umum untuk menyatakan bahwa satu atau beberapa pola gerak atau perilaku yang diperhalus bisa disebut keterampilan, contohnya menulis, memainkan gitar atau piano, menyetel mesin, berjalan, berlari, melompat, dan sebagainya.
Jadi, untuk memahami konsep gerak ini kita harus memahami secara komprehensif mengenai sub-sub disiplin keilmuan yang ada didalamnya. Apabila hanya sebagian yang dipahami, maka akan membuat sukar untuk lebih cermat memilah dan memilih istilah yang sesuai dengan substansinya.

2.4 Domain Psikomotor Dalam Belajar Grak
Domain psikomotor adalah cara atau proses belajar yang bersifat kemampuan motorik manusia. Sedangkan belajar gerak merupakan studi tentang proses keterlibatan dalam memperoleh dan menyempurnakan ketrampilan gerak sangat terkait dengan latihan dan pengalaman individu bersangkutan. Ada tiga tahapan dalam belajar gerak, yaitu: 1) tahapan verbal kognitif dan proses membuat keputusan lebih menonjol, 2) tahapan gerak memiliki makna sebagai pola gerak yang dikembangkan sebaik mungkin agar peserta didik atau atlit lebih trampil, 3) tahapan otomatisasi artinya memperhalus gerakan agar peforma peserta didik atau atlit menjadi lebih padu dalam melakukan gerakannya. 
Jadi domain psikomotor dalam belajar gerak itu berhubungan dalam proses belajar gerak. Dalam belajar gerak manusia menggukan tiga komponen dasar dalam domain psikomotor, yaitu: 1) domain yang bersifat jasmani (psycal), kesegaran (fitness), dan permainan (play). Komponen bersifat jasmani terkait dengan status anatomis atau struktural. Komponen motorik berhubungan dengan kualitas gerak atau cara melakukan gerakan. Komponen kesegaran menunjuk pada kuantitas gerakan, atau seberapa lama gerakan yang dilakukan dapat dipertahankan, dan komponen bermain menyajikan akumulasi perkembangan domain psikomotor.

PENUTUP

Penutup
Domain psikomotor itu adalah cara atau proses belajar yang bersifat kemampuan motorik manusia. Manusia tidak hanya belajar untuk mengembangkan pola berfikir tentang ilmu pengetahuan saja, namun juga perlu untuk belajar untuk mengembangkan pola kreatifitas dengan cara mengembangkan domain psikomotornya. Jadi domain psikomotor itu perlu diketahui oleh setiap manusia, karena domain psikomotor berperan penting dalam proses perkembangan manusia menuju dewasa. Selain itu jika sistem kreatifitas manusia dikembangkan, maka akan membuat manusia tersebut menjadi manusia yang kreatif, dengan kretifitas menjadikan hidup menusia menjadi berwarna dan lebih bermakna.
Belajar pada hakikatnya selalu terintegrasi dengan kehidupan manusia, demikian juga binatang. Peristiwa yang dialami baik oleh manusia ataupun hewan pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam arti kata bahwa tanpa belajar manusia ataupun binatang, maka kelangsungan hidupnya akan terancam.
Gerak adalah suatu penampilan yang ditampilkan oleh manusia secara nyata dan dapat diamati. Menurut pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa gerak adalah perilaku manusia yang setiap saat dilakukan dan dapat diamati. Kemampuan motorik penting dipelajari dalam pelajaran pendidikan jasmani karena kemampuan gerak merupakan bagian dari ranah psikomotorik. Ada tiga komponen dasar dominan psikomotor, yaitu: domain yang bersifat jasmani (psysical), kesegaran (fitness), dan permainan (play). Komponen bersifat jasmani terkait dengan status anatomis atau struktural. Komponen motorik berhubungan dengan kualitas gerak atau cara melakukan gerakan. Komponen kesegaran menunjuk pada kuantitas gerakan, atau seberapa lama gerakan yang dilakukan dapat dipertahankan, dan komponen bermain menyajikan akumulasi perkembangan domain psikomotor.
Jadi domain psikomotor dalam belajar gerak itu berhubungan dalam proses belajar gerak. Dalam belajar gerak manusia menggukan tiga komponen dasar dalam domain psikomotor, yaitu: 1) domain yang bersifat jasmani (psycal), kesegaran (fitness), dan permainan (play). Komponen bersifat jasmani terkait dengan status anatomis atau struktural. Komponen motorik berhubungan dengan kualitas gerak atau cara melakukan gerakan. Komponen kesegaran menunjuk pada kuantitas gerakan, atau seberapa lama gerakan yang dilakukan dapat dipertahankan, dan komponen bermain menyajikan akumulasi perkembangan domain psikomotor.

DAFTAR PUSTAKA

Asep, P. 2012. (Diakses online pada hari Jum’at, 29 Agustus 2014 http://eprints.uny.ac.id/8851/1/bab%201%20%20-08603141027.pdf)

Mahendra, Agus. Modul Perkembangan Belajar Motorik , Modul 7 Keterampilan dan Taksonomi Gerak. Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia (diakses online pada hari Jum’at, 29 Agustus 2014 http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/196308241989031-AGUS_MAHENDRA/Modul_Perkembangan_%26_Belajar_Motorik_Agus_Mahendra/Modul_7-_Keterampilan_dan_Taksonomi_Gerak.pdf )

Ma’mun, Amung dan Yudha M. Saputra. 2000. PERKEMBANGAN GERAK DAN BELAJAR GERAK. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan dasar dan Menengah (diakses online pada hari Jum’at, 29 Agustus 2014 http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_%26_REKREASI/PRODI._ILMU_KEOLAHRAGAAN/195911041986011-BADRUZAMAN/Tugas_Perkem_%26_bljar_gerak.pdf )

Kamis, 02 Februari 2017

Analisis gerak "Drive Golf

 Dalam gerakan drive pada olahraga golf, ada beberapa tulang yang bekerja. Antara lain yaitu sebagai berikut:


Dalam gerakan drive pada olahraga golf, ada beberapa sendi yang bekerja. Antara lain yaitu sebagai berikut:

Dalam gerakan drive pada olahraga golf, ada beberapa otot yang bekerja. Antara lain yaitu sebagai berikut:





Istilah-Istilah Dalam Anatomi Tubuh

Istilah Umum Anatomi
Anatomi manusia menggunakan daftar istilah sendiri, yang kebanyakan diambil dari bahasa Latin dengan arti yang sangat spesifik. Istilah anatomi merupakan hasil kesepakatan dari ahli-ahli anatomi sedunia yang dikenal sebagai terminologia anatomica. Semua istilah anatomis dalam dunia medis harus mengacu pada hasil kesepakatan tersebut, tidak boleh sembarangan. Terjemahan ke dalam bahasa lain dilakukan melalui kesepakatan ahli anatomi di negara masing-masing. Sayangnya, sampai sekarang belum ada pembakuan terjemahan terminologia anatomica ke dalam bahasa Indonesia, sehingga seringkali membingungkan.
Ada beberapa istilah umum anatomi yang selalu berulang muncul. Sangat penting bagi Anda untuk memahami beberapa istilah umum tersebut, yang antara lain adalah sebagai berikut:
Posisi Tubuh:
§  Posisi anatomi (berdiri): Pada posisi ini tubuh lurus dalam posisi berdiri dengan mata juga memandang lurus. Telapak tangan menggantung pada sisi-sisi tubuh dan menghadap ke depan. Telapak kaki juga menunjuk ke depan dan tungkai kaki lurus sempurna. Posisi anatomi sangat penting karena hubungan semua struktur digambarkan dengan asumsi berada pada posisi anatomi.
§  Posisi supine (terlentang): Pada posisi ini tubuh berbaring dengan wajah menghadap ke atas. Semua posisi lainnya mirip dengan posisi anatomi dengan perbedaan hanya berada di bidang horisontal daripada bidang vertikal.
§  Posisi prone (tengkurap): Pada posisi ini, punggung menghadap ke atas. Tubuh terletak pada bidang horisontal dengan wajah menghadap ke bawah.
§  Posisi litotomi: Pada posisi ini tubuh berbaring terlentang, paha diangkat vertikal dan betis lurus horizontal. Tangan biasanya dibentangkan seperti sayap. Kaki diikat dalam posisinya untuk mendukung lutut dan pinggul yang tertekuk. Ini adalah posisi pada banyak prosedur kebidanan.
Bidang Tubuh:
§  Bidang frontal/koronal: bidang vertikal yang tegak lurus dengan bidang median. Bidang ini terbentuk dari garis yang menghubungkan satu telinga ke telinga yang lain dari atas kepala dan kemudian membagi seluruh tubuh di sepanjang garis itu.
§  Bidang median/mid-sagital: bidang yang membagi tubuh menjadi bagian yang sama kanan dan kiri.
§  Bidang sagital/paramedian: bidang yang sejajar dengan bidang median, tetapi membagi tubuh menjadi bagian kanan dan kiri yang tidak sama.
§  Bidang transversal: bidang horisontal tubuh, tegak lurus dengan bidang frontal dan median.
§  Bidang obliqua: bidang selain yang dijelaskan di atas.
Hubungan:
§  Anterior berarti ke arah depan.
§  Posterior berarti menuju belakang.
§  Superior berarti ke arah kepala.
§  Inferior berarti menuju kaki.
§  Medial/medialis berarti menuju bidang median (medekati bagian tengah tubuh).
§  Lateral/lateralis berarti menjauh dari bidang median (menjauh dari tengah tubuh).
Anggota Badan:
§  Proksimal berarti dekat badan
§  Distal berarti jauh dari badan
§  Preaksial menunjukkan sisi radial atau tibial pada anggota badan.
§  Postaksial menunjukkan sisi ulna atau fibular pada anggota badan.
§  Fleksor berarti permukaan anterior anggota badan atas dan permukaan posterior anggota badan bawah.
§  Ekstensor berarti permukaan posterior anggota badan atas dan permukaan anterior anggota badan bawah.
Bagian Otot:
§  Origio (origin): ujung otot yang relatif tetap dari selama gerakan alami.
§  Insersio (insertion): ujung otot yang relatif mobil selama gerakan alami.
§  Belly: bagian tengah berdaging dari otot, yang bersifat insersio.
§  Tendon: bagian berserat dan non-kontraksi dari otot, yang bersifat origio.
§  Aponeurosis: tendon rata yang timbul dari jaringan ikat di sekitar otot.
Gerakan:
§  Fleksi: gerakan yang membentuk atau mengurangi sudut sendi.
§  Ekstensi: gerakan yang memperlebar sudut sendi.
§  Aduksi: gerakan menuju batang tubuh
§  Abduksi: gerakan menjauh dari batang tubuh
§  Rotasi: memutar pada sumbu panjang tubuh
§  Rotasi medial: rotasi ke sisi medial tubuh
§  Rotasi lateral: rotasi ke sisi lateral tubuh
§  Sirkumdiksi: kombinasi fleksi-abduksi-ekstensi-aduksi
§  Pronasi: gerakan lengan bawah di mana telapak tangan menghadap belakang.
§  Supinasi: gerakan lengan bawah d imana telapak tangan menghadap depan
§  Protaksi: gerakan menuju ke depan
§  Retraksi: gerakan menarik ke belakang
§  Radial: gerakan ke arah os radius
§  Ulnar: gerakan ke arah os ulna
§  Tibial: gerakan ke arah os tibia
§  Femoral: gerakan ke arah os femoris
§  Frontal: gerakan ke arah os frontale
§  Oksipital: gerakan ke arah os oksipitale, dll.
Bagian Struktur
§  Kaput: kepala
§  Korpus: badan
§  Kauda: ekor
§  Kolumna: leher
§  Pedunkula: tangkai
Bentuk Struktur
§  Fasia, fasialis: permukaan, muka
§  Fovea: lekukan dangkal, lesung
§  Fascia: lembaran
§  Foramen: lubang
§  Sulkus: lekukan
§  Kanalis: saluran, pipa
§  Kavum, kaverna:  rongga besar
§  Kavernosus: berongga-rongga
§  Kondilus: benjolan
§  Spina: berduri, berujung tajam
§  Krista: berbentuk seperti sisir
§  Sinus: rongga kecil
§  Prosesus: seperti ujung pedang
§  Fisura: robekan, celah
§  Insisura: irisan
Warna Struktur
§  Alba: putih
§  Nigra: hitam, gelap
§  Rubra: merah
§  Grisea: abu-abu
§  Lutea, flava: kuning
Kloros: hijau