Latar
Belakang Masalah
Sepak bola adalah suatu permainan
yang dilakukan dengan jalan menyepak bola kian-kemari untuk diperebutkan di
antara pemain-pemain, yang mempunyai tujuan untuk memasukkan bola ke gawang
lawan dan juga berusaha mempertahankan gawang sendiri agar tidak kemasukkan
bola (Nuh, 2013:7). Olahraga ini sudah memasyarakat di
kalangan bawah hingga kalangan atas. Menurut Luxbacher (2004:5), lebih dari 200
juta orang di seluruh kawasan dunia memainkan permainan sepak bola.
Untuk
mencapai prestasi dalam dunia olahraga perlu adanya latihan yang terstruktur dan teratur. Harsono (1988:100)
mengatakan bahwa ada 4 aspek latihan yang perlu diperhatikan dan dilatih secara
seksama yaitu latihan fisik, teknik, taktik, dan mental. Kondisi fisik
merupakan unsur yang sangat penting hampir diseluruh cabang olahraga. Sama
halnya dengan olahraga yang lain, sepak bola juga memerlukan 4 aspek latihan
tersebut. Pada olahraga sepak bola keterampilan fisik dan teknik harus
diajarkan atau dilatih sejak pemula, agar anak latih bisa bermain secara
maksimal pada saat pertandingan.
Menurut
Yunus (2013:16) teknik sepak bola adalah semua gerakan gerakan dengan atau
tanpa bola yang diperlukan dalam permainan sepak bola. Salah satu teknik dasar yang
harus dimiliki oleh pemain sepak bola adalah teknik
dasar passing
(operan). Memiliki passing yang
akurat adalah harga mati bagi seorang pemain sepak bola (Scheunemann,
2012:179). Passing menurut Mielke (2007:19)
adalah seni memindahkan momentum bola dari satu pemain ke pemain lain. Ada
beberapa jenis passing dalam sepak
bola, salah satunya adalah short pass
(operan jarak pendek). Passing pendek
yang baik dan efektif dilakukan menggunakan kaki bagian dalam. Karena pada kaki
bagian dalam terdapat permukaan yang lebih luas bagi pemain untuk menendang
bola, sehingga memberikan kontrol bola yang lebih baik (Mielke, 2007:20). Dalam
permainan sepak bola, tim yang efektif adalah tim yang menggunakan ruang daerah
dengan sebaik-baiknya dengan cara mengoper bola kepada pemain yang tidak dijaga
(Nugraha, 2013:72). Menurut Mielke (2007:20) passing yang baik yaitu:
Usahakan
agar setepat mungkin mengarahkan bola ke teman satu tim. Teman satu tim adalah
sasaran ketika memulai passing. Jangan
menendang terlalu keras jika tidak ingin bola melampainya. Jangan menendang
terlalu pelan jika tidak ingin bolanya tidak sampai pada teman yang dituju.
Namun
dalam pengamatan yang dilakukan di SSB (Sekolah Sepak bola) Bina Remaja,
Gogodeso, Kabupaten Blitar banyak anak latihnya salah dalam melakukan passing. Mulai dari KU-9, KU-10, dan KU-11
banyak sekali yang masih banyak melakukan kesalahan passing. Kesalahan yang sering dilakukan yaitu passing tidak tepat pada teman yang dituju, bola terlalu keras
sehingga teman yang menerimanya mengalami kesulitan dalam melakukan kontrol,
bola terlalu pelan sehingga passing
tidak sampai pada teman, dan putaran bola tidak stabil. Kesalahan-kesalahan
tersebut terjadi karena teknik passing
yang dilakukan salah. Teknik melakukan passing
yang benar menurut Mielke (2007:20-21) yaitu 1) posisikan tubuh agar sebidang
dengan arah passing yang akan dituju,
2) tarik kaki yang akan mendang kebelakang, 3) sentuh bola dengan menggunakan
kaki bagian dalam dengan kekuatan seperlunya, tidak terlalu pelan namun juga
tidak terlalu keras. Hasil pengamatan tersebut juga sesuai dengan pernyataan
dari Putera (2010:18) bahwa:
Tidak heran bila ada pemain
timnas PSSI sekarang yang sering tidak mampu melakukan crossing saat berlari kencang atau tidak bergerak setelah melakukan
passing. Kesalahan semacam ini
tampaknya sederhana, tetapi sebenarnya merupakan kebiasaan lama yang dibawa
sejak usia muda. Mungkin saja pemain tersebut pada saat muda tidak pernah
mengalami latihan koordinasi dan juga tidak diajarkan konsep passing and support.
Selain
itu dari pemangamatan yang dilakukan, model-model latihan yang dilakukan masih
kurang bervariasi. Salah satu model latihan yang sering dilatih yaitu dua anak
dengan satu bola, kemudian saling melakukan passing.
Ini juga sesuai dengan pernyataan dari Putera (2010:16) bahwa di tengah
membanjirnya SSB di Indonesia, tidak banyak SSB yang dapat menyediakan latihan
usia muda berkualitas. Tingginya angka siswa yang meninggalkan SSB di usia 13
sampai 14 tahun, merupakan indikasi bahwa tidak banyak SSB yang sanggup
menyajikan latihan berkualitas. Latihan yang berkualitas adalah latihan yang
sesuai dengan prinsip-prinsip latihan, dan latihan yang bervariasi adalah salah
satu prinsip dalam latihan. Selain itu menurut Harsono (2004:11) untuk mencegah
kebosanan berlatih, pelatih harus kreatif dan pandai menerapkan variasi-variasi
dalam latihan. Sehingga
salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan membuat
beberapa variasi latihan passing
pendek, agar anak latih tidak bosan dengan materi latihan yang biasanya
dilakukan. Untuk menciptakan variasi dalam latihan menurut Winarko (2011:42-43)
dapat berupa tempat latihan yang diganti-ganti, metodenya yang divariasi, dan
sasaran latihannya.
Selain
menggunakan variasi yang banyak dalam latihan, dalam menyusun rancangan progam
latihan, seorang pelatih juga harus memperhatikan karakteristik
anak. Sehingga latihan yang dibuat pelatih
akan sesuai dan tidak akan menghambat masa pertumbuhan anak dan juga tidak akan
mengakibatkan cidera. Karena anak latih usia dini belum memiliki struktur
tulang yang kuat, sehingga sangat rentan mengalami cidera, jika latihannya
terlalu berat. Menurut Scheunemann
(2012:61) menjelaskan tentang karakteristik anak usia 9 tahun sampai 12 tahun,
yaitu sebagai berikut:
(1) Pemain
di masa pra pubertas dari 9 tahun sampai 12
tahun memiliki keterampilan khusus untuk belajar. Maka, inilah usia yang tepat
untuk teknik dan keterampilan khusus sepak bola. Membangun teknik dasar
yang bagus sangat penting pada tingkat usia ini. (2) Membuat
situasi 1 lawan 1 dan 2 lawan 2 dalam menyerang dan bertahan sangat penting
untuk membangun keterampilan individu, termasuk teknik passing untuk membangun keterampilan
bermain sebagai tim. (3) Gunakan
permainan lapangan kecil untuk meningkatkan pengertian dasar menyerang dan
bertahan. Hal penting lainnya dalam pelatihan taktik adalah penguasaan bola,
kombinasi permainan, perpindahan (transisi) dan penyelesaian akhir. Pemain
harus dirotasi dalam 2 atau 3 posisi yang berbeda untuk menghindari
spesialisasi yang terlalu dini. (4) Kecepatan,
koordinasi, keseimbangan, dan kelincahan adalah hal-hal yang paling penting
dalam aspek fisik pemain untuk ditingkatkan di usia ini.
Sesuai
dengan karakteristik anak menurut Scheunemann tersebut maka peneliti memilih beberapa
variasi latihan passing pendek dari Timo
Scheunemann dan Ganesha
Putera. Karena dalam latihan-latihan tersebut terdapat unsur-unsur yang telah dijelaskan oleh Scheunemann yaitu:
situasi 1 lawan 1 dan 2 lawan 2 dalam menyerang
dan bertahan, permainan lapangan kecil untuk meningkatkan pengertian dasar
menyerang dan bertahan, dan rotasi dalam 2 atau 3 posisi yang berbeda untuk
menghindari spesialisasi yang terlalu dini. Selain itu dalam latihan tersebut
juga terdapat unsur game. Ini seperti
pendapat Putera (2010:27) bahwa, dalam pembinaan usia muda , game merupakan sesuatu elemen yang tidak
dapat dipisahkan. Baik game dalam
latihan, maupun game dalam
pertandingan. Kemudian
untuk lebih memperkuat pernyataannya tersebut Putera (2010:39) juga menambahkan bahwa fokus utama latihan pemain sepak
bola usia dini adalah bagaimana pemain dapat mencintai sepak bola, mengenal
teknik dasar sepak bola, dan memperkaya khasanah gerak.
PEMBAHASAN
A.
Tujuan
Latihan dengan Hasil Penelitian
Tujuan latihan yang ada penelitian ini
yaitu sebagai berikut: (a) dapat meningkatkan kemampuan teknik dasar passing pendek sepak bola anak latih
usia 9 tahun sampai 11 tahun di SSB Bina Remaja, Blitar. (b) memperkenalkan
variasi-variasi latihan passing
pendek milik Timo Scheunemann dan
Ganesha Putra kepada anak latin usia 9 tahun sampai 11 tahun di SSB Bina
Remaja, Blitar. (c) memberikan edukasi kepada SSB, pelatih, dan anak latih
bahwa untuk melatih teknik dasar passing
pendek tidak hanya dengan latihan 2 pemain berpasangan saja tetapi ada banyak
variasi yang bisa dilakukan. Dengan berbagai variasi tersebut juga diharapkan
anak latih tidak bosan dalam melakukan latihan passing pendek.
Dengan tujuan latihan tersebut maka
dilakukan perlakukan berupa latihan dengan progam latihan yang didalamnya
terdapat berbagai macam variasi latihan passing
pendek milik Timo Scheunemann dan Ganesha Putra yang sesuai dengan
karakteristik anak usia 9 tahun sampai 11 tahun. Variasi-variasi latihan
tersebut yaitu sebagai berikut: (a) passing
2 pemain (Scheunemann, 2012:180), (b) passing
2 lawan 1 (Scheunemann, 2012:180), (c) passing
3 lawan 1 (Scheunemann, 2012:181), (d)
passing and run (Scheunemann,
2012:182), (e) passing dengan membentuk segitiga (Scheunemann, 2012:181), (f) passing membentuk segi empat (Scheunemann, 2012:181), (g) latihan passing hantam cone (Putera, 2010:53), (h) latihan passing 3 lawan 3 ambil gawang (Putera, 2010:53), (i) latihan passing dengan permainan hantam kaki (Putera,
2010:55), (j) latihan passing dengan
pemainan passing pintu ke pintu (Putera,
2010:55), (k) latihan 4 lawan 4, 6 gawang kecil (Putera, 2010:77), (l) game dengan 3 tim (Scheunemann,
2012:183), (m) latihan 2 lawan 2 plus 4 netral (Putera, 2010:79), (n) possession game (Scheunemann, 2012:182),
(o) possession game with besideline (Scheunemann,
2012:182). Variasi latihan short pass (passing pendek) dalam sepak bola dari Timo Scheunemann dan Ganesha
Putra tersebut sudah disusun mulai dari latihan yang sederhana menuju latihan
yang lebih komplek. Selain itu dalam latihan-latihan tersebut dipilih karena
sudah ada berbagai unsur latihan yang baik dan sesuai untuk anak usia 9 tahun
sampai 11 tahun, seperti situasi 1 lawan 1 dan 2 lawan 2 dalam menyerang dan
bertahan, permainan lapangan kecil untuk meningkatkan pengertian dasar
menyerang dan bertahan, rotasi dalam 2 atau 3 posisi yang berbeda untuk
menghindari spesialisasi yang terlalu dini dan yang terpenting juga terdapat
unsur game (permainan).
Dari
perlakuan yang dilakukan selama 24 kali pertemuan menggunakan variasi-variasi passing pendek milik Timo Scheunemann
dan Ganesha Putra untuk anak latih usia 9 tahun sampai 11 tahun yang telah
disajikan kedalam progam latihan yang dibuat oleh peneliti mendapat hasil yang
signifikan antara hasil data tes awal (pretest)
dengan tes akhir (post-test).
Sehingga dapat disimpulkan hipotesis nihil (Ho) yang mengatakan tidak ada pengaruh
progam latihan variasi passing pendek
milik Timo Scheunemann dan Ganesha Putera terhadap kemampuan teknik dasar passing sepak bola anak latih usia 9-11
tahun di SSB Bina Remaja, Blitar ditolak dan hipotesis penelitian (Ha) yang mengatakan
ada
pengaruh progam latihan variasi passing
pendek milik Timo Scheunemann dan
Ganesha Putera terhadap kemampuan teknik dasar passing sepak bola anak latih
usia 9-11 tahun di SSB Bina Remaja,
Blitar diterima.
B.
Hasil
Penelitian dengan Teori Kajian Pustaka
Dengan
hasil yang menunjukkan bahwa variasi-variasi passing pendek milik Timo Scheunemann dan Ganesha Putra untuk anak
latih usia 9 tahun sampai 11 tahun yang telah disajikan kedalam progam latihan
yang dibuat oleh peneliti mendapat hasil yang signifikan antara hasil data tes
awal (pretest) dengan tes akhir (post-test). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh progam latihan variasi passing
pendek milik Timo Scheunemann dan Ganesha Putera terhadap
kemampuan teknik dasar passing sepak
bola anak latih usia 9-11 tahun di SSB Bina Remaja, Blitar. Dengan demikian
progam latihan yang dibuat oleh peneliti dengan memasukkan variasi-variasi
latihan passing pendek milik Timo
Scheunemann dan Ganesha Putera dapat digunakan untuk
meningkatkan kemapuan teknik dasar passing
pendek sepakbola anak latih usia 9 tahun sampai 11 tahun.
Dalam
progam latihan yang dibuat oleh peneliti mengacu kepada prinsip-prinsip latihan
dan metode-metode latihan. Ini seperti pendapatnya Harsono (2004:6) bahwa dalam
perencanaan progam latihan harus mengacu kepada hukum-hukum, prinsip-prinsip,
dan metodologi pelatihan yang benar. Progam latihan ini juga mengacu pada
prinsip-prinsip latihan sesuai yang dikemukakan Harsono (2004:9-12) yaitu:
prinsip beban berlebih (overload),
individualisasi, densitas latihan, prinsip kembali asal (reversiility), spesifikasi, perkembangan multilateral, prinsip
pulih asal (recovery), variasi
latihan, intensitas latihan, azas over kompensasi, dan IPTEK. Selain itu progam
latihan ini disusun secara sistematis dan ditulis agar progam latihan tersebut
dapat diarsipkan. Dalam pembuatan progam latihan ini, peneliti mengacu pada saran
dari Scheunemann (2012:57) yaitu sebagai berikut:
(1) tertulis supaya terencana dan bisa
terarsipkan. (2) prinsip benang merah: dari awal sampai akhir latihan
bagian-bagian latihan terlihat selaras serasi dan saling berhubungan sesuai
dengan tema latihan. Tema latihan harus terlihat jelas dari awal sampai akhir.
(3) pakai bola! pakai bola! pakai bola! (4) hindari antrean! modifikasi latihan
sehingga antrean tidak terjadi. Contohnya: sebagian shooting kedua gawang, sebagian body
fitness lalu bergantian. (5) intensitas latihan harus dari santai ke berat.
(6) tingkat kesulitan latihan dari gampang ke sulit, dari yang sudah dikenal ke
latihan yang belum dikenal. (7) pastikan adanya tekanan (untuk melatih mental)
dalam bentuk perlombaan/hadiah/hukuman/tekanan waktu. (8) pastikan progam
latihan sesuai metode pembuatan progam latihan (tidak asal bikin progam) mulai
dari warm up (10’-15’) sampai cooling down (5’-10’). (9) choaching point (CP) sebaiknya 3-5 saja
agar mudah diserap dan diingat pemain. Tuliskan CP dibagian-bagian latihan
untuk mengingatkan pelatih saat latihan. (10) tentukan dan tuliskan berapa
menit untuk setiap bagian latihan. (11) perhatikan progam latihan yang sudah
dibuat. Tanyakan pada diri sendiri; sudah cukup variatifkan (tidak monoton)
latihan ini? Bagaimana dengan fun aspect
atau faktor kesenangan? Apakah pemain akan senang dan bergairah mengikuti
progam latihan yang sudah dibuat? (12) pastikan variasi-variasi yang dipilih
efektif, gampang dimengerti dan tidak mengakibatkan antrean.
Dalam progam latihan tersebut, peneliti
menggunakan variasi-variasi latihan passing
pendek dari Timo Scheunemann dan Ganesha Putra. Untuk latihan dari Timo
Scheunemann peneliti memilih beberapa latihan dari latihan yang sederhna menuju
ke latihan yang lebih komplek. Latihan-latihan tersebut yaitu passing 2 pemain, passing 2 lawan 1, passing 3
lawan 1, passing and run, passing dengan
membentuk segitiga, passing membentuk
segi empat, possession game, dan possession game with besideline. Bentuk-bentuk
latihan tersebut sesuai dengan pernyataan Scheunemann (2012:61) bahwa membuat
situasi 1 lawan 1 dan 2 lawan 2 dalam penyerangan dan petahanan sangat penting
untuk membangun kemampuan individu.
Dalam latihan-latihan tersebut juga ada
beberapa latihan yang sudah menyerupai seperti permainan sesunggunya. Seperti
pernyataan Scheunemann (2012:60) bahwa pada tingkat usia 9-12 tahun, susunan
pelatihan sudah mirip dengan pemain yang lebih tua. Kemudian Scheunemann (2012:60)
juga menambahkan bahwa bagian terpenting dalam latihan adalah yang bersifat
teknis. Dalam progam latihan milik Scheunemann yang dimasukan kedalam progam
latihan yang dibuat oleh peneliti ada juga yang memiliki unsur taktik dasar.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Scheunemann (2012:60) bahwa kemampuan
anak-anak untuk mengatasi masalah akan berkembang dengan pesat, maka pemain
harus mulai diajakan taktik dasar yang dinamis. Kemudian untuk latihan-latihan dari Ganesha
Putra yang dimasukkan kedalam progam latihan yang dibuat oleh peneliti yaitu
sebagai berikut: latihan passing
hantam cone, latihan passing 3 lawan 3 ambil gawang, latihan passing dengan permainan hantam kaki,
latihan passing dengan pemainan passing pintu ke pintu, 4 lawan 4, 6
gawang kecil, game dengan 3 tim, dan 2
lawan 2 plus 4 netral. Dalam latihan-latihan tersebut banyak latihan yang
bersifat permainan. Peneliti memilih model-model latihan yang bersifat
permainan karena sesuai dengan pernyataan Putera (2010:27) bahwa, dalam
pembinaan usia muda , game merupakan
sesuatu elemen yang tidak dapat dipisahkan. Baik game dalam latihan, maupun game
dalam pertandingan. Putera (2010:39) juga menambahkan bahwa fokus utama latihan
pemain sepak bola usia dini adalah bagaimana pemain dapat mencintai sepak bola,
mengenal teknik dasar sepak bola, dan memperkaya khasanah gerak. Selain
bersifat permainan, latihan-latihan tersebut juga ada yang mengharuskan pemain
belajar untuk taktik bertahan dan menyerang secara individu maupun kelompok. Sesuai
dengan pernyataan Scheunemann (2012:61) yaitu gunakan permainan lapangan kecil
untuk mengkatkan pengertian dasar menyerang dan bertahan. Dalam latihan-latihan
ini juga ada beberapa latihan yang bermain secara berkelompok, dan mengharuskan
pemain untuk aktif berotasi atau berpindah posisi. Hal ini sesuai dengan
karakeristik anak usia 9-12 tahun yang dikemukakan oleh Scheunemann (2012:61)
yaitu pemain harus dirotasi dalam 2 atau 3 posisi yang berbeda untuk menghindari
spesialisasi yang telalu dini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar