Sabtu, 28 Januari 2017

PENGARUH PROGAM LATIHAN VARIASI PASSING PENDEK DARI TIMO SCHEUNEMANN DAN GANESHA PUTERA TERHADAP KETERAMPILAN TEHNIK DASAR PASSING SEPAKBOLA ANAK LATIH USIA 9-11 TAHUN DI SSB “BINA REMAJA”, BLITAR

Latar Belakang Masalah
Sepak bola adalah suatu permainan yang dilakukan dengan jalan menyepak bola kian-kemari untuk diperebutkan di antara pemain-pemain, yang mempunyai tujuan untuk memasukkan bola ke gawang lawan dan juga berusaha mempertahankan gawang sendiri agar tidak kemasukkan bola (Nuh, 2013:7). Olahraga ini sudah memasyarakat di kalangan bawah hingga kalangan atas. Menurut Luxbacher (2004:5), lebih dari 200 juta orang di seluruh kawasan dunia memainkan permainan sepak bola.
Untuk mencapai prestasi dalam dunia olahraga perlu adanya latihan yang terstruktur dan teratur. Harsono (1988:100) mengatakan bahwa ada 4 aspek latihan yang perlu diperhatikan dan dilatih secara seksama yaitu latihan fisik, teknik, taktik, dan mental. Kondisi fisik merupakan unsur yang sangat penting hampir diseluruh cabang olahraga. Sama halnya dengan olahraga yang lain, sepak bola juga memerlukan 4 aspek latihan tersebut. Pada olahraga sepak bola keterampilan fisik dan teknik harus diajarkan atau dilatih sejak pemula, agar anak latih bisa bermain secara maksimal pada saat pertandingan.
Menurut Yunus (2013:16) teknik sepak bola adalah semua gerakan gerakan dengan atau tanpa bola yang diperlukan dalam permainan sepak bola. Salah satu teknik dasar yang harus dimiliki oleh pemain sepak bola adalah teknik
dasar passing (operan). Memiliki passing yang akurat adalah harga mati bagi seorang pemain sepak bola (Scheunemann, 2012:179). Passing menurut Mielke (2007:19) adalah seni memindahkan momentum bola dari satu pemain ke pemain lain. Ada beberapa jenis passing dalam sepak bola, salah satunya adalah short pass (operan jarak pendek). Passing pendek yang baik dan efektif dilakukan menggunakan kaki bagian dalam. Karena pada kaki bagian dalam terdapat permukaan yang lebih luas bagi pemain untuk menendang bola, sehingga memberikan kontrol bola yang lebih baik (Mielke, 2007:20). Dalam permainan sepak bola, tim yang efektif adalah tim yang menggunakan ruang daerah dengan sebaik-baiknya dengan cara mengoper bola kepada pemain yang tidak dijaga (Nugraha, 2013:72). Menurut Mielke (2007:20) passing yang baik yaitu:
Usahakan agar setepat mungkin mengarahkan bola ke teman satu tim. Teman satu tim adalah sasaran ketika memulai passing. Jangan menendang terlalu keras jika tidak ingin bola melampainya. Jangan menendang terlalu pelan jika tidak ingin bolanya tidak sampai pada teman yang dituju.

Namun dalam pengamatan yang dilakukan di SSB (Sekolah Sepak bola) Bina Remaja, Gogodeso, Kabupaten Blitar banyak anak latihnya salah dalam melakukan passing. Mulai dari KU-9, KU-10, dan KU-11 banyak sekali yang masih banyak melakukan kesalahan passing. Kesalahan yang sering dilakukan yaitu passing tidak tepat pada teman yang dituju, bola terlalu keras sehingga teman yang menerimanya mengalami kesulitan dalam melakukan kontrol, bola terlalu pelan sehingga passing tidak sampai pada teman, dan putaran bola tidak stabil. Kesalahan-kesalahan tersebut terjadi karena teknik passing yang dilakukan salah. Teknik melakukan passing yang benar menurut Mielke (2007:20-21) yaitu 1) posisikan tubuh agar sebidang dengan arah passing yang akan dituju, 2) tarik kaki yang akan mendang kebelakang, 3) sentuh bola dengan menggunakan kaki bagian dalam dengan kekuatan seperlunya, tidak terlalu pelan namun juga tidak terlalu keras. Hasil pengamatan tersebut juga sesuai dengan pernyataan dari Putera (2010:18) bahwa:
Tidak heran bila ada pemain timnas PSSI sekarang yang sering tidak mampu melakukan crossing saat berlari kencang atau tidak bergerak setelah melakukan passing. Kesalahan semacam ini tampaknya sederhana, tetapi sebenarnya merupakan kebiasaan lama yang dibawa sejak usia muda. Mungkin saja pemain tersebut pada saat muda tidak pernah mengalami latihan koordinasi dan juga tidak diajarkan konsep passing and support.

Selain itu dari pemangamatan yang dilakukan, model-model latihan yang dilakukan masih kurang bervariasi. Salah satu model latihan yang sering dilatih yaitu dua anak dengan satu bola, kemudian saling melakukan passing. Ini juga sesuai dengan pernyataan dari Putera (2010:16) bahwa di tengah membanjirnya SSB di Indonesia, tidak banyak SSB yang dapat menyediakan latihan usia muda berkualitas. Tingginya angka siswa yang meninggalkan SSB di usia 13 sampai 14 tahun, merupakan indikasi bahwa tidak banyak SSB yang sanggup menyajikan latihan berkualitas. Latihan yang berkualitas adalah latihan yang sesuai dengan prinsip-prinsip latihan, dan latihan yang bervariasi adalah salah satu prinsip dalam latihan. Selain itu menurut Harsono (2004:11) untuk mencegah kebosanan berlatih, pelatih harus kreatif dan pandai menerapkan variasi-variasi dalam latihan. Sehingga salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan membuat beberapa variasi latihan passing pendek, agar anak latih tidak bosan dengan materi latihan yang biasanya dilakukan. Untuk menciptakan variasi dalam latihan menurut Winarko (2011:42-43) dapat berupa tempat latihan yang diganti-ganti, metodenya yang divariasi, dan sasaran latihannya.
Selain menggunakan variasi yang banyak dalam latihan, dalam menyusun rancangan progam latihan, seorang pelatih juga harus memperhatikan karakteristik
anak. Sehingga latihan yang dibuat pelatih akan sesuai dan tidak akan menghambat masa pertumbuhan anak dan juga tidak akan mengakibatkan cidera. Karena anak latih usia dini belum memiliki struktur tulang yang kuat, sehingga sangat rentan mengalami cidera, jika latihannya terlalu berat. Menurut Scheunemann (2012:61) menjelaskan tentang karakteristik anak usia 9 tahun sampai 12 tahun, yaitu sebagai berikut:
(1) Pemain di masa pra pubertas dari 9 tahun sampai 12 tahun memiliki keterampilan khusus untuk belajar. Maka, inilah usia yang tepat untuk teknik dan keterampilan khusus sepak bola. Membangun teknik dasar yang bagus sangat penting pada tingkat usia ini. (2) Membuat situasi 1 lawan 1 dan 2 lawan 2 dalam menyerang dan bertahan sangat penting untuk membangun keterampilan individu, termasuk teknik passing untuk membangun keterampilan bermain sebagai tim. (3) Gunakan permainan lapangan kecil untuk meningkatkan pengertian dasar menyerang dan bertahan. Hal penting lainnya dalam pelatihan taktik adalah penguasaan bola, kombinasi permainan, perpindahan (transisi) dan penyelesaian akhir. Pemain harus dirotasi dalam 2 atau 3 posisi yang berbeda untuk menghindari spesialisasi yang terlalu dini. (4) Kecepatan, koordinasi, keseimbangan, dan kelincahan adalah hal-hal yang paling penting dalam aspek fisik pemain untuk ditingkatkan di usia ini.

Sesuai dengan karakteristik anak menurut Scheunemann tersebut maka peneliti memilih beberapa variasi latihan passing pendek dari Timo Scheunemann dan Ganesha Putera. Karena dalam latihan-latihan tersebut terdapat unsur-unsur yang telah dijelaskan oleh Scheunemann yaitu: situasi 1 lawan 1 dan 2 lawan 2 dalam menyerang dan bertahan, permainan lapangan kecil untuk meningkatkan pengertian dasar menyerang dan bertahan, dan rotasi dalam 2 atau 3 posisi yang berbeda untuk menghindari spesialisasi yang terlalu dini. Selain itu dalam latihan tersebut juga terdapat unsur game. Ini seperti pendapat Putera (2010:27) bahwa, dalam pembinaan usia muda , game merupakan sesuatu elemen yang tidak dapat dipisahkan. Baik game dalam latihan, maupun game dalam pertandingan. Kemudian untuk lebih memperkuat pernyataannya tersebut Putera (2010:39) juga menambahkan bahwa fokus utama latihan pemain sepak bola usia dini adalah bagaimana pemain dapat mencintai sepak bola, mengenal teknik dasar sepak bola, dan memperkaya khasanah gerak.

PEMBAHASAN

A.      Tujuan Latihan dengan Hasil Penelitian
Tujuan latihan yang ada penelitian ini yaitu sebagai berikut: (a) dapat meningkatkan kemampuan teknik dasar passing pendek sepak bola anak latih usia 9 tahun sampai 11 tahun di SSB Bina Remaja, Blitar. (b) memperkenalkan variasi-variasi latihan passing pendek  milik Timo Scheunemann dan Ganesha Putra kepada anak latin usia 9 tahun sampai 11 tahun di SSB Bina Remaja, Blitar. (c) memberikan edukasi kepada SSB, pelatih, dan anak latih bahwa untuk melatih teknik dasar passing pendek tidak hanya dengan latihan 2 pemain berpasangan saja tetapi ada banyak variasi yang bisa dilakukan. Dengan berbagai variasi tersebut juga diharapkan anak latih tidak bosan dalam melakukan latihan passing pendek.
Dengan tujuan latihan tersebut maka dilakukan perlakukan berupa latihan dengan progam latihan yang didalamnya terdapat berbagai macam variasi latihan passing pendek milik Timo Scheunemann dan Ganesha Putra yang sesuai dengan karakteristik anak usia 9 tahun sampai 11 tahun. Variasi-variasi latihan tersebut yaitu sebagai berikut: (a) passing 2 pemain (Scheunemann, 2012:180), (b) passing 2 lawan 1 (Scheunemann, 2012:180), (c) passing 3 lawan 1 (Scheunemann, 2012:181), (d) passing and run (Scheunemann, 2012:182), (e) passing dengan membentuk segitiga (Scheunemann, 2012:181), (f) passing membentuk segi empat (Scheunemann, 2012:181), (g) latihan passing hantam cone (Putera, 2010:53), (h) latihan passing 3 lawan 3 ambil gawang (Putera, 2010:53), (i) latihan passing dengan permainan hantam kaki (Putera, 2010:55), (j) latihan passing dengan pemainan passing pintu ke pintu (Putera, 2010:55), (k) latihan 4 lawan 4, 6 gawang kecil (Putera, 2010:77), (l) game dengan 3 tim (Scheunemann, 2012:183), (m) latihan 2 lawan 2 plus 4 netral (Putera, 2010:79), (n) possession game (Scheunemann, 2012:182), (o) possession game with besideline (Scheunemann, 2012:182). Variasi latihan short pass (passing pendek) dalam sepak bola dari Timo Scheunemann dan Ganesha Putra tersebut sudah disusun mulai dari latihan yang sederhana menuju latihan yang lebih komplek. Selain itu dalam latihan-latihan tersebut dipilih karena sudah ada berbagai unsur latihan yang baik dan sesuai untuk anak usia 9 tahun sampai 11 tahun, seperti situasi 1 lawan 1 dan 2 lawan 2 dalam menyerang dan bertahan, permainan lapangan kecil untuk meningkatkan pengertian dasar menyerang dan bertahan, rotasi dalam 2 atau 3 posisi yang berbeda untuk menghindari spesialisasi yang terlalu dini dan yang terpenting juga terdapat unsur game (permainan).
Dari perlakuan yang dilakukan selama 24 kali pertemuan menggunakan variasi-variasi passing pendek milik Timo Scheunemann dan Ganesha Putra untuk anak latih usia 9 tahun sampai 11 tahun yang telah disajikan kedalam progam latihan yang dibuat oleh peneliti mendapat hasil yang signifikan antara hasil data tes awal (pretest) dengan tes akhir (post-test). Sehingga dapat disimpulkan hipotesis nihil (Ho) yang mengatakan tidak ada pengaruh progam latihan variasi passing pendek milik Timo Scheunemann dan Ganesha Putera  terhadap kemampuan teknik dasar passing sepak bola anak latih usia 9-11 tahun di SSB Bina Remaja, Blitar ditolak dan hipotesis penelitian (Ha) yang mengatakan ada pengaruh progam latihan variasi passing pendek milik Timo Scheunemann dan
Ganesha Putera  terhadap kemampuan teknik dasar passing sepak bola anak latih
usia 9-11 tahun di SSB Bina Remaja, Blitar diterima.
B.       Hasil Penelitian dengan Teori Kajian Pustaka
Dengan hasil yang menunjukkan bahwa variasi-variasi passing pendek milik Timo Scheunemann dan Ganesha Putra untuk anak latih usia 9 tahun sampai 11 tahun yang telah disajikan kedalam progam latihan yang dibuat oleh peneliti mendapat hasil yang signifikan antara hasil data tes awal (pretest) dengan tes akhir (post-test). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh progam latihan variasi passing pendek milik Timo Scheunemann dan Ganesha Putera terhadap kemampuan teknik dasar passing sepak bola anak latih usia 9-11 tahun di SSB Bina Remaja, Blitar. Dengan demikian progam latihan yang dibuat oleh peneliti dengan memasukkan variasi-variasi latihan passing pendek milik Timo Scheunemann dan Ganesha Putera dapat digunakan untuk meningkatkan kemapuan teknik dasar passing pendek sepakbola anak latih usia 9 tahun sampai 11 tahun.
Dalam progam latihan yang dibuat oleh peneliti mengacu kepada prinsip-prinsip latihan dan metode-metode latihan. Ini seperti pendapatnya Harsono (2004:6) bahwa dalam perencanaan progam latihan harus mengacu kepada hukum-hukum, prinsip-prinsip, dan metodologi pelatihan yang benar. Progam latihan ini juga mengacu pada prinsip-prinsip latihan sesuai yang dikemukakan Harsono (2004:9-12) yaitu: prinsip beban berlebih (overload), individualisasi, densitas latihan, prinsip kembali asal (reversiility), spesifikasi, perkembangan multilateral, prinsip pulih asal (recovery), variasi latihan, intensitas latihan, azas over kompensasi, dan IPTEK. Selain itu progam latihan ini disusun secara sistematis dan ditulis agar progam latihan tersebut dapat diarsipkan. Dalam pembuatan progam latihan ini, peneliti mengacu pada saran dari Scheunemann (2012:57) yaitu sebagai berikut:
(1) tertulis supaya terencana dan bisa terarsipkan. (2) prinsip benang merah: dari awal sampai akhir latihan bagian-bagian latihan terlihat selaras serasi dan saling berhubungan sesuai dengan tema latihan. Tema latihan harus terlihat jelas dari awal sampai akhir. (3) pakai bola! pakai bola! pakai bola! (4) hindari antrean! modifikasi latihan sehingga antrean tidak terjadi. Contohnya: sebagian shooting kedua gawang, sebagian body fitness lalu bergantian. (5) intensitas latihan harus dari santai ke berat. (6) tingkat kesulitan latihan dari gampang ke sulit, dari yang sudah dikenal ke latihan yang belum dikenal. (7) pastikan adanya tekanan (untuk melatih mental) dalam bentuk perlombaan/hadiah/hukuman/tekanan waktu. (8) pastikan progam latihan sesuai metode pembuatan progam latihan (tidak asal bikin progam) mulai dari warm up (10’-15’) sampai cooling down (5’-10’). (9) choaching point (CP) sebaiknya 3-5 saja agar mudah diserap dan diingat pemain. Tuliskan CP dibagian-bagian latihan untuk mengingatkan pelatih saat latihan. (10) tentukan dan tuliskan berapa menit untuk setiap bagian latihan. (11) perhatikan progam latihan yang sudah dibuat. Tanyakan pada diri sendiri; sudah cukup variatifkan (tidak monoton) latihan ini? Bagaimana dengan fun aspect atau faktor kesenangan? Apakah pemain akan senang dan bergairah mengikuti progam latihan yang sudah dibuat? (12) pastikan variasi-variasi yang dipilih efektif, gampang dimengerti dan tidak mengakibatkan antrean.

Dalam progam latihan tersebut, peneliti menggunakan variasi-variasi latihan passing pendek dari Timo Scheunemann dan Ganesha Putra. Untuk latihan dari Timo Scheunemann peneliti memilih beberapa latihan dari latihan yang sederhna menuju ke latihan yang lebih komplek. Latihan-latihan tersebut yaitu passing 2 pemain, passing 2 lawan 1, passing 3 lawan 1, passing and run, passing dengan membentuk segitiga, passing membentuk segi empat, possession game, dan possession game with besideline. Bentuk-bentuk latihan tersebut sesuai dengan pernyataan Scheunemann (2012:61) bahwa membuat situasi 1 lawan 1 dan 2 lawan 2 dalam penyerangan dan petahanan sangat penting untuk membangun kemampuan individu.
Dalam latihan-latihan tersebut juga ada beberapa latihan yang sudah menyerupai seperti permainan sesunggunya. Seperti pernyataan Scheunemann (2012:60) bahwa pada tingkat usia 9-12 tahun, susunan pelatihan sudah mirip dengan pemain yang lebih tua. Kemudian Scheunemann (2012:60) juga menambahkan bahwa bagian terpenting dalam latihan adalah yang bersifat teknis. Dalam progam latihan milik Scheunemann yang dimasukan kedalam progam latihan yang dibuat oleh peneliti ada juga yang memiliki unsur taktik dasar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Scheunemann (2012:60) bahwa kemampuan anak-anak untuk mengatasi masalah akan berkembang dengan pesat, maka pemain harus mulai diajakan taktik dasar yang dinamis. Kemudian untuk latihan-latihan dari Ganesha Putra yang dimasukkan kedalam progam latihan yang dibuat oleh peneliti yaitu sebagai berikut: latihan passing hantam cone, latihan passing 3 lawan 3 ambil gawang, latihan passing dengan permainan hantam kaki, latihan passing dengan pemainan passing pintu ke pintu, 4 lawan 4, 6 gawang kecil, game dengan 3 tim, dan 2 lawan 2 plus 4 netral. Dalam latihan-latihan tersebut banyak latihan yang bersifat permainan. Peneliti memilih model-model latihan yang bersifat permainan karena sesuai dengan pernyataan Putera (2010:27) bahwa, dalam pembinaan usia muda , game merupakan sesuatu elemen yang tidak dapat dipisahkan. Baik game dalam latihan, maupun game dalam pertandingan. Putera (2010:39) juga menambahkan bahwa fokus utama latihan pemain sepak bola usia dini adalah bagaimana pemain dapat mencintai sepak bola, mengenal teknik dasar sepak bola, dan memperkaya khasanah gerak. Selain bersifat permainan, latihan-latihan tersebut juga ada yang mengharuskan pemain belajar untuk taktik bertahan dan menyerang secara individu maupun kelompok. Sesuai dengan pernyataan Scheunemann (2012:61) yaitu gunakan permainan lapangan kecil untuk mengkatkan pengertian dasar menyerang dan bertahan. Dalam latihan-latihan ini juga ada beberapa latihan yang bermain secara berkelompok, dan mengharuskan pemain untuk aktif berotasi atau berpindah posisi. Hal ini sesuai dengan karakeristik anak usia 9-12 tahun yang dikemukakan oleh Scheunemann (2012:61) yaitu pemain harus dirotasi dalam 2 atau 3 posisi yang berbeda untuk menghindari spesialisasi yang telalu dini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar